Jembatan Ogan I membentang di atas sungai Ogan. Lalulintas kendaraan satu arah ramai lancar. Dari perempatan Bank Sumsel Babel Syariah ke Taman Kota Baturaja.
Di bawah tahun 2000 an, arus lalulintas di jembatan itu dua arah. Badan jembatan yang kecil, cukup sulit jika dua kendaraan roda empat berpapasan.
BACA JUGA Pasar Lama Baturaja Tinggal Nama, Bangun Mewah Tahun 1912-1925 Masih Berdiri Kokoh
INFRASTRUKTUR kontruksi beton itu menghubungkan ke pusat keramaian. Taman Kota Baturaja serta layanan kesehatan.
Seperti RSUD Ibnu Sutowo dan RS Dr Noesmir serta klinik kesehatan lainnya. Tampilan jembatan yang selama ini kerap disebut icon KotaBaturaja, banyak perubahan. Terbaru, jembatan itu dipoles cantik PT Semen Baturaja TBK di akhir 2022 dan diresmikan pada Januari 2023.
Di siang hari, mata pengguna jalan dimanjakan warna warni jembatan.
BACA JUGA Pempek Pocu Kuliner Legendaris di OKU Kini Jadi Kenangan
Di malam hari, permainan lampu sorot membuat suasananya berbeda lagi. Lampu-lampu tersebut menggunakan tenaga matahari atau solar Cell. Sehingga lampu hias itu, sangat jarang terlihat padam. Kecuali terdapat kerusakan teknis.
Jembatan Ogan I merupakan jembatan yang di bangun kolonial Belanda. Namun hingga saat ini fungsinya masih sangat baik.
Bahkan jembatan yang berciri lengkungan di atasnya itu, sejauh ini di anggap masyarakat sebagai iconnya Kota Baturaja, setelah tugu Beras di perempatan Pasar Atas Kelurahan Baturaja Lama di bongkar. Dari bagian jembatan itu, sisa peninggalan kolonial Belanda yang masih bisa di lihat hingga saat ini, yaitu tiang penyangga jembatan.
Dua tiang beton berukuran besar, sudah puluhan tahun tertanam di sungai Ogan menyangga badan jembatan.
BAC JUGA Pasar Atas Itu Dulunya Terminal Angkutan Umum
Tiang Penyangga Jembatan Ogan Belum Pernah di pugar
Konon tiang penyangga itu, hingga saat belum pernah dipugar. Kecuali pada bagian lantai jembatan.
“Tiang jembatan itu sisa bangunan Belanda. Karena sampai saat ini, bentuknya masih seperti itulah dari saya belum lahir, ” ujar Wak Romzi, warga Kampung Sawo Kelurahan Kemalaraja
JEMBATAN OGAN I
Jembatan Ogan I membentang di atas sungai Ogan. Lalulintas kendaraan satu arah ramai lancar. Dari perempatan Bank Sumsel Babel Syariah ke Taman Kota Baturaja. Di bawah tahun 2000 an, arus lalulintas di jembatan itu dua arah. Badan jembatan yang kecil, cukup sulit jika dua kendaraan roda empat berpapasan.
PENINGGALAN
Belanda Lintas Jaman Kecamatan Baturaja Timur. Wak Romzi lahir di kawasan Kampung Sawo pada tahun 1954 silam. Sejak kecil hingga remaja, dirinya menetap di kawasan padat penduduk ini.
“Kampung Sawo itu sudah dari dulu banyak rumah, ” jelasnya. Jembatan Ogan I di masa kecilnya, menjadi tempat bermain bersama rekan sebayanya. Yang membedakan, jembatan tersebut terletak pada lantai.
Dulu, lantai jembatan berupa susunan kayu balok yang diikatkan dengan rangka baja berat di bawahnya.
“Tidak ada pagar pengaman di kanan kirinya. Lantainya dari balok kayu. Kalau ada mobil yang lewat, berisik sekali, ” kenang ayah 69 tahun ini.
Jembatan itu satu-satunya infrastruktur penyeberangan kendaraan dari luarkabupaten. Meski demikian, lalulintas kendaraan bermesin sangat jarang.
“Mobil sedikit saat itu, masih bisa dihitung pakai jari. Yang dominan itu sepeda, gerobak berpajak, ” ungkapnya.
Jembatan yang awalnya tanpa pagar pengaman dan lengkungan atas ini, pernah ambruk di tahun 1950an. Menurut cerita orang tuanya, penyebab ambruknya lantai jembatan, karena jembatan tidak mampu menahan
bobot kendaraan yang melintas saat itu.
“Truk muatan kelapa melintas, tapi lantai jembatan tidak kuat.Akhirnya ambruk. Kejadian itu sebelum saya lahir, ” tuturnya.
Jembatan Sempat Ambruk
Diperkirakan lantai jembatan ambruk di tahun 1950an. Ketika usianya empat tahunan, jembatan ambruk kerap menjadi tempat bermain. Meski orang tuanya di kala itu, kerap melarang.
“Kadang main di jembatan, kadang ikut perahu penyeberangan, ” jelasnya. Sejak ambruknya lantai jembatan, akses lalulintas terputus.
Salah satu alternatif penyeberangan menggunakan perahu jukung dan perahu tongkang dari Desa Terusan Kecamatan Baturaja Timur.
“Perahu jukung itu perahu yang dibuat dari batang kayu besar, namun di bagian tengahnya dipahat untuk jadi tempat duduk penumpang, ” jelasnya.
Operasional perahu jukung dan tongkang cukup lama beroperasi. Tugasnya mengantarkan warga dari seberang sungai Ogan. Termasuk para pelajar Sekolah Rakyat (SR).
“Anak-anak sekolahnya di SR sekarang SD N 11 kalau tidak salah,” jelasnya. Setiap warga yang menyeberang menggunakan jasa perahu jukung atau tongkang di kenakan tarif murah. Yakni Rp 1 Ringgit hingga Rp 5 Ringgit.
Penyeberang dengan alternatif lain menggunakan ponton geser. Sarana ini gunakan masyarakat Dusun Baturaja yang hendak menyebrang ke tepian di seberangnya.
“Pangkalannya di BRI Lama Dusun Baturaja, ” ungkapnya mengenang masa itu. Kerusakan lantai jembatan Ogan I mulai di perbaiki pada 1962. Lantai jembatan yang ambruk kembali di ganti menggunakan bantalan kayu.
“Nah pada 1963 kalau tidak salah, seluruh bangunan di bongkar kecuali tiang jembatan di ganti dengan bangunan beton seperti sekarang, ” tuturnya.
Sejak renovasi pertama hingga saat ini, jembatan Ogan I seingatnya belum pernah di pugar. Kecuali cat bangunan. “Seingat saya cuma jembatan yang berubah warna. Untuk bangunannya belum pernah di pugar setelah
renovasi pertama,” kenangnya.
Menjadi Icon Baturaja
Setelah di renovasi di kisaran tahun 1960an, jembatan itu tidak hanya di pasang pagar pengaman di kanan kirinya, tapi juga di buat jalan kecil untuk pejalan kaki.
“Di jalan kecil khusus pejalan kaki itu, dulu anak- anak sering nongkrong, ” jelasnya.
Jembatan tersebut merupakan jalan lintas nasional sebelum di bukanya jalan lintas Sumatera sekarang ini.
Sehingga banyak kendaraan antar lintas kabupaten maupun provinsi melintas. Hanya saja yang membedakan, kendaraan umum saat itu tidak besar-besar seperti sekarang.
“Belum ada bus besar. Rata-rata bus kecil yang tingginya kurang dari 3 meter, ” tuturnya.
Untuk diketahui, jembatan Ogan I sempat beberapakali warna cat. Di bawah tahun 2010 jembatan berwarna oranye. Kemudian, karena ada kontrak kerjasama dengan salah satu provider, warna cat jembatan di ubah merah.
Saat warna cat berubah merah dan di branding perusahaan provider, masyarakat Kota Baturaja berang. Karena icon Baturaja di komersilkan.
Akhirnya warna cat di ubah dan branding perusahan di hapus. Kecantikan jembatan sempat di munculkan di bawah tahun 2020 dengan hiasan lampu aneka warna.
Namun karena ulah tangan jahil, lampu hias di jembatan peninggalan penjajah hilang di curi serta rusak. Kemudian dari perusahaan PT Semen Baturaja, jembatan di poles cantik seperti kondisi sekarang ini di akhir tahun 2022.*