“Tiang jembatan itu sisa bangunan Belanda. Karena sampai saat ini, bentuknya masih seperti itulah dari saya belum lahir, ” ujar Wak Romzi, warga Kampung Sawo Kelurahan Kemalaraja Kecamatan Baturaja Timur.
Wak Romzi lahir di kawasan Kampung Sawo pada tahun 1954 silam. Sejak kecil hingga remaja, ia menetap di kawasan padat penduduk ini.
“Kampung Sawo itu sudah dari dulu banyak rumah, ” jelasnya.
Jembatan Ogan I di masa kecilnya, menjadi tempat bermain bersama rekan sebayanya. Yang membedakan, jembatan tersebut terletak pada lantai.
Dulu, lantai jembatan berupa susunan kayu balok yang di ikatkan dengan rangka baja berat di bawahnya.
“Tidak ada pagar pengaman di kanan kirinya. Lantainya dari balok kayu. Kalau ada mobil yang lewat, berisik sekali, ” kenang ayah 69 tahun ini.
Jembatan itu satu-satunya infrastruktur penyeberangan kendaraan dari luar kabupaten. Meski demikian, lalulintas kendaraan bermesin sangat jarang.