hasil apa pun. Karena itu, sudah seharusnya disadari bahwa faktor
determinan dari krisis moral yang melanda lingkungan Indonesia bahkan
dunia adalah karena krisis dakwah bil hal. Lebih banyak seorang da‟i yang
menyerukan kebaikan daripada yang memberi contoh kebenaran.
Sayyidina Umar bin Khattab ra pernah berkata:
ما؟
ا
قَالَعَلِيْمُاللِّسَانِجَاىِلُالْقَلْبِوَالْعَمَلِإِنَّأَخْوَفَمَا أَخَافُعَلَى ىَذِهِاألُْمَّةِالْمُنَافِقُالْعَلِيمُقَالُوْا وَكَيْفَيَكُونُمُنَافِاقا عَلِي
Artinya, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini
adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya: ‘Bagaimana bisa
seseorang itu menjadi munafik yang pintar?’ Sayyidina Umar ra menjawab, ‘Yaitu
orang yang pandai berbicara tapi hati dan perilakunya bodoh’.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Penjelasan khatib tadi terinspirasi dari pandangan Imam Syaukani ketika
وَأمَّا بِنِعْمَةِرَبِّكَفَحَدِّثْ:menafsirkan surat Adh-Dhuha ayat 11
فَلْيُبَالِغْفِيْاِظْهَارِهَا بِكُلِّمُمْكِنٍمَالَمْيَصْحَبْذلِكَاْلْظْهَارَرِيَا ء أَوْعُجُ ب أَوْمُكَاثِرَة لِلْغَيْرِ:Beliau menjelaskan ayat tersebut seperti ini
Artinya, “Maka tampakkanlah kenikmatan yang didapat dengan terangterangan, selama tidak disertai dengan riya’, ujub dan membanggakan diri kepada
هَلَّْيَتِوَالذِّكْرِاْلَْكِيْمِ .“orang lain
نِالْعَظِيْمِوَن َفَعَِنِوَاَِّيَّكُمِْبَِا فِيْوِمِنَا
الْمُسْلِمِْيَْوَالْمُسْلِمَاتِف َيَا ف َوْزَالْمُسْت َغْفِرِيْنَوََّيََنََاةَالتَّائِبِْيَْوََ َقَبَّلَمِِنِّْوَمِنْكُمََِْلَوَََوُاِنَّوُىُوَالسَّمِيْعُالْعَلِيْمُ. وَأَسْت َغْفِرُهللاَالْعَظِيْمَِلِْوَلَكُمْوَلِسَائِرِِبَرَكَهللاُِلِْوَلَكُمِْفِالْقُارْه