Ayat ini berbicara tentang pengikut Nabi Isa yang setia kepada beliau dengan mengikuti ajaran dalam kebenaran dan rahmat.
Terdapat rasa kasih sayang dalam hati mereka. Sifat rubbaniyyah adalah meninggalkan kenikmatan dunia yang sifatnya mubah.
Mereka melakukannya karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Al-Qur’an dengan mengatakan “maa katabnaa alaihim (Kami tidak mewajibkan perilaku rabbaniyyah itu untuk mereka)”.
Nabi Isa tidak mewajibkan perilaku rabbaniyyah. Dan mereka sendiri yang mengada-adakannya karena ingin mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wataala.
Dalam Hadits riwayat al-Bukhari di jelaskan:
كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ “، قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ: رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ، قَالَ: «مَنِ المُتَكَلِّمُ» قَالَ: أَنَا، قَالَ: «رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ