“Dulu di bawah masjid Jami sampai ke dekat langgar Kertapati ada jalan. Sebelum ke sungai masih ada lahan lebar 5 meter. Di situ kami sering main kelereng, “ jelas sembari tersenyum mengenang masa itu.
Mereka bermain tidak hanya siang, namun juga hingga malam hari. Ketika bulan purnama bulat sempurna tanpa awan yang menutupi, menjadi bonus anak-anak di masa itu.
“Kalau malam biasanya main singitan. Seru saat itu. Tidak seperti sekarang yang bermain dengan handphone, “ ungkapnya.
Di dekat langgar kertapati itu juga, ia sempat melihat rumah rakit. Namun sudah tidak d itempati lagi oleh penghuninya.“Itu rumah rakit yang saya lihat selain di Palembang. Tapi waktu itu kondisinya hampir rusak,“ jelasnya.
Menurut penuturan orang tua-orang tua dulu, di belakang langgar kertapati terdapat pelabuhan.
Perahu-perahu kerap bersandar untuk memulai aktivitasnya di pasar lama.Cerita orangtua ada pelabuhan. Tapi mungkin di bawah 1930an, “ tuturnya. (Ofa)