Penyakit Ruhani Bisa Menjadi Penyakit Jasmani
Persembahan Ust.Yasin
Khutbah 1.
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِينِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِينَ جَمِيعًا وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُؤْمِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِينُهُ الْمُجْتَبَى وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَّةِ الْوَرَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللَّهِ اِتَّقُوا اللهَ حَيْثُ مَا كُنتُمْ وَأَتْبِعُوا السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقُوا النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya adalah kewajiban setiap Muslim.
Namun, ketakwaan kita tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh kesehatan dan waktu yang luang.
Sayangnya, banyak di antara kita yang sering melalaikan dua hal penting ini, padahal keduanya adalah nikmat luar biasa yang Allah berikan kepada kita.
Rasulullah pernah mengingatkan kita bahwa kesehatan dan waktu luang adalah dua nikmat yang sering kali dilupakan oleh banyak orang.
Akhirnya, banyak yang merugi karena tidak memanfaatkan keduanya dengan baik. Beliau bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya, “Banyak manusia yang rugi karena dua nikmat yang disia-siakan, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Hadits riwayat al-Bukhari)
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Kesadaran untuk menjaga kesehatan adalah salah satu tanda bahwa seseorang itu termasuk orang yang terpilih untuk mensyukuri nikmat Allah.
Sebaliknya, jika seseorang tidak peduli dengan kesehatan, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka termasuk orang yang merugi.
Kesehatan itu sangat berharga, bukan hanya untuk fisik kita, tapi juga untuk keberlanjutan amal ibadah dan segala aktivitas kita sehari-hari.
Orang yang menjaga kesehatan, baik tubuh maupun pikiran, biasanya memiliki pandangan yang lebih positif dalam hidup. Mengapa? Karena tubuh yang sehat mendukung jiwa yang juga sehat.
Kesehatan fisik dan mental itu saling berkaitan. Kalau tubuh kita sehat, insyaAllah pikiran kita juga akan lebih jernih dan tenang.
Apalagi, untuk menjaga kesehatan jiwa atau mental, Allah SWT sudah memberikan petunjuk yang sangat jelas dalam Al-Qur’an.
Di dalam Surat Yunus ayat 57, Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya, “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.”
Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya Marah Labid menjelaskan bahwa kata “syifa’” dalam ayat tersebut menggambarkan bahwa Al-Qur’an adalah obat bagi hati. Al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit-penyakit batin, seperti kesalahan dalam akidah dan kekurangan dalam akhlak.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Dari penjelasan yang telah kita bahas, kita bisa menyimpulkan bahwa penyakit hati, atau yang sering kita sebut sebagai penyakit jiwa atau mental, sebenarnya berasal dari buruknya akhlak batin kita.
Ketika hati kita dipenuhi dengan perasaan negatif, itu akan mempengaruhi seluruh cara kita berpikir dan bertindak.
Adanya Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan hati kita, dan jika tidak kita jaga, bisa menjerumuskan kita pada kerugian yang besar.
Pertama adalah hasad, atau iri dengki. Iri hati ini muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau bahkan ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain.
Perasaan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari iri dengan kekayaan, kecantikan, kecerdasan, hingga kelebihan-kelebihan lainnya.
Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
اَلْحَسَدُ يَأْكُلُ الحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الحَطَبَ
Artinya, “Sesungguhnya hasad (iri dengki) itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (Hadits riwayat Imam Ibnu Majah)
Selain itu, orang yang iri hati sesungguhnya adalah orang yang sedang tersiksa batinnya. Kenapa? Karena perasaan iri itu selalu membawa keburukan dalam hati.
Bagi orang yang iri, setiap nikmat yang diterima orang lain justru menjadi sumber penderitaan baginya.
Dia tidak bisa menikmati kebahagiaannya sendiri karena terus-menerus terfokus pada apa yang dimiliki orang lain.
Hal ini membuat hati menjadi sempit dan gelisah. Orang yang terus menerus iri adalah orang yang tidak merasa puas dengan apa yang ia miliki, meskipun sebenarnya Allah telah memberi begitu banyak nikmat kepadanya.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Yang kedua adalah riya’ atau pamer. Riya’ adalah perbuatan menunjukkan sesuatu, baik itu harta, amal, atau kebaikan kita, dengan tujuan agar orang lain melihatnya dan memberikan pujian.
Ini bukan lagi tentang ikhlas karena Allah, tetapi lebih kepada ingin dipuji oleh manusia.
Dalam hati orang yang riya’, Allah seakan tidak lagi menjadi tujuan utama dari amalnya. Semua yang dilakukan hanya untuk dilihat dan dihargai oleh manusia.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Yang ketiga adalah ‘ujub atau kesombongan, yaitu sikap berbangga diri dengan menganggap diri sendiri lebih hebat, lebih baik, atau lebih benar daripada orang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong sering kali merasa dirinya lebih tinggi derajatnya, baik dalam hal ilmu, harta, kedudukan, atau bahkan amal ibadah.
Mereka merasa seolah-olah tidak ada yang bisa menandingi dirinya, dan dengan begitu ia merendahkan orang lain.
Namun, Rasulullah SAW sangat tegas dalam hal ini. Beliau memberikan ancaman yang sangat berat bagi orang yang memiliki sifat sombong dalam hatinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ
Artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan berdzikir kepada Allah SWT.
Berdzikir memberikan ketenangan hati, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Mari kita jaga kesehatan lahir dan batin dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan ketenangan kepada kita semua. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِنِ بْنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرَ الْعَالَمِينَ اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ اَللّٰهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُناَ اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللّٰهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللّٰهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ