OKU SATU – Apa rasanya jika tubuh hanya satu tahun sekali di bolehkan di basuh guyuran air.
Boleh jadi, tubuh sangat gerah ekstrim. Belum lagi kesegaran tubuh yang berdampak pada pikiran, terimbas.
Namun tradisi ini terjadi di Suku Himba. Etnis asli yang mendiami Kunene, Namibia Utara hingga Angola.
Tradisi itu sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Wanita suku Himba hanya mandi satu kali dalam setahun, yakni sebelum menikah.
Bukan tanpa alasan, kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi itu.
Hal ini lebih di karenakan, air di daerah gurun pasir tersebut sangat berharga. Sementara stok tidak berlimpah.
Sehingga air di anggap masyarakat suku sebagai harta karun yang sangat di hargai.
Sebagai pengganti, wanita suku Himba menggunakan otjize, oker merah, mentega dan lainnya untuk melindungi kulit serta rambut dari cuaca ekstrim gurun serta serangan serangga.
Bahan tersebut juga membantu menjaga mereka agar tetap higienis.
Mandi asap juga di lakukan untuk membersihkan diri setiap hari.
Bahannya daun dari cabang pohon Commiphora yang ditutup arang membara.
Ketika asap mengepul, para wanita ini akan menundukkan kepalanya ke kepulan asap, hingga berkeringat.
Selain itu, untuk membuat tubuh mereka berkeringat, wanita suku Himba akan menyelimuti tubuh dengan selimut dan membekap asap di dalam selimut tersebut.
Wajib Nikahi Minimal 5 Wanita
Praktik poligami atau pria menikahi lebih dari satu wanita sangat di bolehkan.
Ketika kaum pria suku ini mendapat keuntungan, namun hak kaum wanita juga memiliki kemudahan.
Mereka bisa menentukan nasibnya sendiri, serta mengajukan cerai jika tidak bahagia.
Di bolehkannya pria suku ini berpoligami, karena banyak anak laki-laki suku ini meninggal sebelum usia 15 tahun.
Dampaknya populasi kaum pria di suku tak seimbang dengan lawan jenisnya.
Supaya seimbang, sehingga pria di wajibkan poligami. Minimal 5 wanita seorang pria harus di nikahi. Menolaknya, ada denda yang di kenakan. (Tif)
