Bila antara keduanya kok menyenangkan, maka kita harus kembali bertanya kepada hati nurani akan keikhlasan kita mengerjakannya.
Jangan sampai kita beri ruang dan kesempatan bagi nafsu untuk menyusup dalam ibadah-ibadah kita. Kita harus terus bertanya lagi kepada hati nurani bila kita dihadapkan pada dua ibadah sunnah yang sama-sama menyenangkan atau sama-sama tidak menyenangkan.
Bila kita dihadapkan pada kondisi seperti ini biasanya nafsu kita cenderung mengajak kita melakukan yang paling menyenangkan. Oleh karena itu, kita harus memilih sebaliknya, yaitu memilih yang terasa paling tidak menyenangkan dikerjakan.
Contohnya, kita tergopoh-gopoh menuju masjid atau lapangan karena kurang lima menit shalat Idul Fitri didirikan, padahal jarak kita masih cukup jauh.
Tiba-tiba di tengah jalan kita bertemu dengan orang buta yang akan menyeberang di jalan raya yang ramai lalu lintas, maka yang harus kita pilih adalah menolong orang buta itu. Dalam kondisi seperti itu tentu menolong si buta itu akan terasa sangat berat dibandingkan meneruskan perjalanan menuju tempat shalat Idul Fitri.