Kita harus terus mewaspadai nafsu kita. Jika kita lengah, tentu dengan mudah nafsu akan memperbudak kita.
Kecerdikan nafsu harus dilawan dengan kecerdikan pula. Puasa sebenarnya adalah langkah cerdik untuk mengendalikan nafsu. Sayangnya hal itu sering tidak dihayati, sehingga nafsu memperalat puasa kita untuk kepuasannya. Waspadalah!
Lantas bagaimanakah jika terjadi fenomena yang mana seseorang terjerat gejala lebih semangat dan berambisi mengerjakan ibadah sunnah daripada yang sunnah? Dalam kitab Syarah Al Hikam disebutkan:
من علامة اتباع الهوى المسارعة الى نوافل الخيرات والتكاسل عن القيام بالواجبات
“Jika kau lebih semangat mengerjakan yang sunnah daripada yang wajib, maka itu adalah pertanda bahwa yang kau cari adalah kepuasan nafsumu (ingin dipuji), bukan keridaan Tuhanmu.”
Jika yang ada adalah semangat mengerjakan amalan sunnah jauh lebih besar atau lebih bersemangat pada amalan yang wajib, maka sesungguhnya ia sedang menunaikan kepuasan nafsu belaka, atau hanya dipuji oleh orang lain.