oku satu

Bertauhid, Berkurban dan Ibadah Haji

×

Bertauhid, Berkurban dan Ibadah Haji

Sebarkan artikel ini
INTI BUDAYA LITERASI
Persembahan Ust. Ahmad Yasin,S.H.I.,M.Pd. DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNBARA, PENGURUS NU DAN PENYULUH AGAMA ISLAM OKU

Ust. A Yasin 

DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNBARA, PENGURUS NU DAN PENYULUH AGAMA ISLAM OKU

 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

الحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه.

 أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ.

أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin Jama’ah Idul Adha Yang berbahagia

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci.

Marilah kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati.

Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah,

Hari ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya.

Karena hari ini merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ketuhidan dalam berketuhanan.

Sebuah penemuan maha penting di jagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para saintis dan ilmuwan.

Karena berkat konsep ketauhidan yang ditemukan Nabi Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam dengan menjadi khalifah ‘fil ardh.

Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah swt adalah The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu dan alam.

Ini artinya manusia telah memosisikan dirinya di atas alam.

Ajaran keesaan yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.

Ma’asyiral Muslimin Yang berbahagia

Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya.

Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah swt.

Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebatinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa.

Bukankah itu hal yang amat sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang hidup dalam dunia kebendaan.

Sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera?

Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukan-Nya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang.

Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An’am ayat 75-79

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75)

 فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76)

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)

فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ(78)

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

(79)

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.(75)

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:

“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam” (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:

“Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata:

“Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.” (77)

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata:

“Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata.

“Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78)

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)

Para hadirin yang di muliakan Allah,

Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur’an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang di lakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat.

Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam.

Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga.

Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.

Selain sebagai orang yang menemukan konsep Ketuhaan.

Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu dunyawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha Suci.

Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Ismail sebagai anak tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah swt.

Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya.

Namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin Yang berbahagia

Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas keesaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as.

Hidup adalah garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan.

Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen).

Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela.

Allah swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail dengan seekor kambing. Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim as.

Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan meneladani apa yang dilakukannya.

Oleh karenanya di setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah seorang muslim dianjurkan untuk berkorban, mengorbankan sedikit kekayaannya guna membuktikan cinta kepada Allah swt.

Bukti cinta itu harus kita berikan dengan seksama dengan hati yang tulus, semata-mata karena-Nya.

Bukankah korban yang kita berikan hanyalah sebagian dari rizqi-Nya yang dititipkan kita? bukankah yang kita korbankan hanyalah harta (kambing/sapi) bukan anak kita, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim?

Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seoerang hamba sebagai rasa ssyukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya.

Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin:

خِيَارُ اُمتِى يُضَحونَ وَشِرَارُ اُمتِى لاَ يُضَحونَ

“Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelek-jelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban.”

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizqi yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban.

Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib.

Demikian itu terbersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal:

و عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Barang siapa yang memiliki kelonggaran (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati majidku.

Seperti itulah anacaman bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban.

Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kaki seperlu membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda.

Sebagaimana keterangan Sayyidina Ali Karramallahu wajahah:

“Barang siapa hendak berkurban, maka setiap langkah menuju tempat pembelian kurban akan di imbali dengan sepuluh kebaikan, di hapus sepuluh kesalahan dan di angkat derajatnya sepuluh tingkatan.

Dan ketika berbicara tawar-menawar maka omongannya di anggap sebagai tasbih.

Dan ketika membayar setiap satu dirham (satu rupiah) imbalannya sama dengan tujuh ratus kebaikan.

Dan beberapa saat ketika hewan itu telah di robohkan hendak di sembelih, semua makhluk yang berada di tempat penyembelihan hingga langit ketujuh memintakan pengampunan untuknya.

Dan ketika darah telah mengalir dari hewan kurban, setiap tetesnya akan menjelma sepuluh malaikat yang memohonkan ampunan kepadanya hingga hari akhir.

Dan ketika daging itu di bagi-bagikan, maka setiap satu suap daging yang di makan orang, setimpal dengan memerdekakan satu budak dari keturunan Nabi Islamail”

Hal ini haruslah di yakini dengan benar oleh kita semua, agar menjadi semangat bagi yang belum berkorban dan menjadi pahala nyata bagi mereka yang telah berkurban.

Sehubungan dengan kurban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Yang selama ini mungkin banyak di salah pahami.

Pertama, Apapun alasannya tidak dibenarkan menjual bagian dari kurban entah itu kulit, kepala, ataupun tanduk hewan kurban.

Walaupun dengan tujuan membiayai proses pemotongan, sungguh itu tidak di benarkan.

Karena semua yang terdapat dalam hewan kurban adalah milik Allah swt, semua yag terdapat dalam hewan kurban adalah benda sedekah yang harus di bagikan dan dinikmati dengan seksama.

Tidak ada yang diperjual belikan atau ditukar gulingkan dengan benda lain.

Andaikan memang proses pemotongan itu membutuhkan biaya, hendaknya biaya itu diminta tersendiri tidak diambil dari hewan kurban.

Kedua, hendaklah orang yang berkurban merasakan sebagian daging kurbannya.

Sebagaimana Rasulullah saw memakan sebagian dari kurban yang disembelihnya.

Kecuali bila kurban itu telah dinadzarkan sebelumnya, maka tidak dibolehkan memakan daging hewan kurbannya.

Ketiga, setelah kurban diembelih disunnahkan bagi orang yang berkurban menjalankan shalat dua rekaat dan setelahnya berdo’a yang maksudnya “ya Allah bahwa halatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik-Mu, dan tidak ada yang berekutu dengan-Mu.

Ya Allah semoga kami diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta’atan dan rizqi yang makin berkah.

Semoga orang-orang muslim yang hari ini berkurban benar-benar berkurban untuk-Mu, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang.

Begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang.

Semoga kita semua mendengarkan panggilannya berziarah ke Baitullah dan maqam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Demikianlah doa itu dipanjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan untuk pergi haji.

Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim.

Para Jama’ah idhul adha yang berbahagia,

Haji meupakan salah satu ibadah yang sarat dengan simbol dan perlambang.

Oleh karena itu, jikalau ibadah haji dilaksanakan tanpa mengerti makna yang tersimpan didalamnya sangatlah percuma.

Karena yang demikian itu hanya menyisakan kelelahan belaka.

Kelelahan yang kerontang tanpa kesadaran.

Kaum muslimin dan muslimat, meskipun saat ini kita berada di sini, jauh dari tanah Haram, tidak berarti kita tidak bisa meneladani Nabi Ibrahim.

Karena keteladanan itu tidaklah bersifat fisik.

Namun sejatinya keteladanan itu berada dalam semangat yang tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Keteladanan atas ibadah haji dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat manusia pada umumnya.

Saudara-saudaraku seiman,

Bila kita tengok bahwa haji di mulai dengan niat yang di barengi dengan menanggalkan pakaian sehari-hari.

Di gantikan dengan dua helai kain putih yang disebut dengan busana ihram.

Maka ketahuilah di balik keseragaman ini tersimpan beragam makna.

Pertama bahawa pakaian yang selama ini kita pakai sehari-hari sangat menunjukkan derajat dan status sosil manusia.

Oleh karena itu, ketika seorang muslim telah berniat untuk haji dan berniat menghadap-Nya.

Maka segeralah tanggalkan pakaian itu dan gantilah dengan busana Ihram yang serba putih.

Karena manusia di hadapan Ilahi Rabbi sejatinya tidak berbeda.

Kedua, Pakaian itu tidak hanya apa yang kita pakai.

Namun juga identitas yang menyelimuti diri manusia hendaknya segera di luluhkan ketika menghadap-Nya.

Allah tidak akan pernah membedakan antara pejabat dan rakyat, antar penguasa dan hamba, antara pedagang dan nelayan.

Semua itu di mata Allah swt adalah sama. Seperti putihnya seragam yang membalut raga.

المسلمون إخوة لافضل لأحد على أحد إلابالتقوى (رواه الطبرانى)

Artinya, “orang-orang Islam itu satu sama lain bersaudara, tiada yang lebih utama seorangpun dari seorang yang lain, melainkan karena taqwanya (HR. Tabhrani)”

Ketiga, Pakaian itu adalah sifat manusia. Ketika seorang muslim telah berniat menghadap Allah Sang Maha Kuasa, hendaklah ia mencopot segala identitasnya.

Baik identitas sebagai tikus, buaya, serigala ataupun identitas sebagai kupu-kupu, merpati ataupu kasuwari.

Artinya, segala macam sifat yang melekat baik negative maupun positif sebaiknya di hilangkan.

Jangan pernah merasa sebagai apa-apa jikalau engkau menghadap-Nya.

Keempat, pakaian itu mengingatkan manusia akan ketakberdayaannya.

Nanti ketika menghadap Ilahi Rabbi manusia tidak membawa apa-apa kecuali kain putih yang menemaninya.

Sebagai pertanda bahwa sebaiknya manusia hidup dengan sederhana, karena semua akan di tinggalkannya.

Ma’asyiral Muslimin Yang berbahagia

Selanjutnya Thowaf mengelilingi ka’bah tujuh kali putaran adalah perlambang kedekatan manusia dengan Sang Khaliq.

Kemudian sa’i berlari kecil dari shofa ke marwah.

Ini merupakan rangkaian setelah Thowaf yang dapat di artikan sesuai perspketif sejarah.

Jika thowaf menggambarkan hubungan dan kemanunggalan manusia dengan Sang Khaliq.

Maka sa’i menunjukkan bahwa kehidupan haruslah di jalani sesuai dengan hukum kemanusiaan.

Berinteraksi, berhubungan dan berkomunikasi dengan sesame.

Maka kehidupan ini haruslah menyeimbangkan antara keilahiyahan dan keinsaniyahan.

Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua.

Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita di terima.

Semoga kita yang di sini di berikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu.

Seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana di beri keselamatan semua. Amin

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News