Membaca ini kita diingatkan pada kejadian di banyak tempat akhir-akhir ini, dimana makmum membaca takbir ketika ruku’, sujud, atau gerakan lain dengan volume yang sama kerasnya dengan imam.
Bukannya dilarang, namun akan lebih baik kiranya jika para makmum cukup bersuara lirih. Kembali berkenaan dengan imam, poin selanjutnya mengatakan bahwa setelah imam membaca fatihah di shalat-shalat jahr (shalat dengan membaca keras bacaan fatihah dan surat), ia lebih baik berhenti untuk memberi kesempatan makmum membaca fatihah.
Etika ini ditujukan agar makmum bisa memberikan perhatian penuh ketika sang imam nantinya membaca surat, sehingga mereka bisa merenungi kandungan surat tersebut, atau membenarkan sang imam jika membaca dengan kurang tepat.
Demikian juga menyamai imam dalam bacaan, seperti bacaan Surah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama shalat jahr dan salam, sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Qasim dalam Hâsyiyatul Bâjûrî, (Terbitan Maktabah al-‘Ulumiyyah, Semarang, Tanpa Tahun, jilid I, halaman 199) berikut ini.
ولا تضر مساواته لإمامه أى في صحة الإقتداء وإن كانت مكروهة مفوتة لفضيلة الجماعة فيما ساوى فيه كما لو قارنه في شيء من أقوال الصلاة وأفعالها التى يطلب فيها عدم المقارنة كالفاتحة والأولتين والسلام وجميع أفعال الصلاة في ابتدائها كأن يبتدئ الركوع معه ويبتدئ السجود معه وهكذا بخلاف دوامها ومعلوم أن التحرم لا بد أن يتأخر فيه عن إمامه احتياطا له