Scroll untuk baca
baturajaKhazanah IslamSumsel

Adakah Manfaat Moderasi Beragama

×

Adakah Manfaat Moderasi Beragama

Sebarkan artikel ini
Ahmad Yasin,S.H.I.,M.Pd. Dosen Pendidikan Agama Islam UNBARA, Penyuluh Agama Islam dan Pengurus NU Kab. OKU
Ahmad Yasin,S.H.I.,M.Pd. Dosen Pendidikan Agama Islam UNBARA, Penyuluh Agama Islam dan Pengurus NU Kab. OKU

Adakah Manfaat Moderasi Beragama
Oleh Ust.Yasin.

PAIF Kemenag OKU

Konflik Israel-Palestina adalah masalah yang kompleks dan beragam yang tidak dapat secara sederhana direduksi menjadi konflik agama, meskipun agama memainkan peran penting dalam konteks keseluruhan.

Penting untuk memahami bahwa konflik berakar dalam faktor-faktor historis, politik, sosial, dan teritorial, menjadikannya kontroversi nuansa dan berkelanjutan.

Agama tidak diragukan lagi berperan dalam konflik Israel-Palestina, terutama melalui identitas agama dari dua kelompok utama yang terlibat: Yahudi dan Muslim.

Kedua kelompok memiliki ikatan sejarah dan agama dengan tanah, yang telah berkontribusi pada intensitas konflik.

Yerusalem, khususnya, adalah kota dengan signifikansi agama yang besar bagi orang Yahudi, Muslim, dan Kristen, dan kendali atas situs-situs agama di dalam kota telah menjadi sumber kontroversi.

Namun, penting untuk menekankan bahwa konflik tidak semata-mata agama. Ini pada dasarnya adalah perselisihan teritorial tentang tanah, sumber daya, dan kemerdekaan.

Konflik ini memiliki akarnya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika imigran Yahudi mulai kembali ke wilayah itu, kemudian bagian dari Kekaisaran Ottoman, dan kemudian di bawah mandat Inggris, dengan tujuan membangun tanah air Yahudi.

Gerakan ini, yang dikenal sebagai Zionisme, didorong oleh ikatan bersejarah Yahudi dengan daerah itu dan keinginan untuk tempat yang aman setelah berabad-abad mengalami penganiayaan dan diaspora di berbagai negara.

Ide membingkai konflik Israel-Palestina sebagai konflik semata-mata agama terlalu menyederhanakan masalah yang dipertaruhkan dan menghalangi pencarian penyelesaian damai bagi kedua pihak.

Mereduksi konflik ini menjadi konflik agama mengabaikan pentingnya memahami dan menangani aspek-aspek politik, sosial, dan sejarah yang mendalam dari perselisihan.

Sangat penting untuk mengakui sifat beragam konflik ini dan bekerja menuju penyelesaian komprehensif yang memberikan dan menjaga hak-hak dan kewajiban yang sah dari kedua bangsa, Israel dan Palestina.

Mengakui kompleksitas situasi adalah langkah pertama menuju menemukan solusi yang berkelanjutan dan adil yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas ke wilayah ini.

Kemudian bagaimana dengan agama sendiri, inilaah pentingnya kita untuk memehami moderasi agama lintas budaya.

Ternyata Masih ada yang meragukan moderasi beragama. Tapi tidak meragukan “Al Wasathiyah” atau al Islam al wasathy. Karena Al Qur’an secara terang benderang menyatakan bahwa Allah telah menjadikan umat Islam sebagai “Ummatan wasathan”.

Keraguan itu disebabkan perbedaan cara pandang atau tepatnya perbedaan definisi apakah moderasi beragama adalah al Islam al wasathy itu sendiri ataukah sesuatu yang berbeda.

Perbedaan definisi dikalangan ulama memang biasa terjadi akibat perbedaan mereka dalam tahapan mendeskripsikan masalah (tashawwur), memutuskan (Al hukmu) dan tahap penyimpulan konsep (membangun qadhiyah dan natijah).

Ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah misalnya berbeda 300 derajat mengenai “istihsan” sebagai sumber hukum.

Hanafiyah menjadikannya sebagai sumber hukum sementara Syafi’iyah bukan hanya menolak tetapi menganggap orang yang menggunakan istihsan sebagai dalil agama berarti telah membuat buat syari’at baru.

Mengapa dua madzhab besar dengan jumlah pengikut jutaan diberbagai belahan dunia ini berbeda? Jawabnya karena mereka memiliki persepsi dan definisi yang berbeda.

Demikian pun moderasi beragama. Menurut saya, setelah mengikuti beberapa diskusi diskusi moderasi beragama, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan moderasi beragama oleh penggagasnya, tidak lain adalah al Islam al wasathy itu sendiri.
Saya menyimpulkan bahwa Islam wasathy atau moderasi beragama adalah :

التحرك المتوازن بين الطرفين اعتمادا على المبادئ والأصول والقيم الأساسية كالمساواة والحرية والكرامة الإنسانية والعدالة والمواساة والتراحم والشفقة والبر والإحسان والإخاء وغيرها وبناء أيضا على مقاصد الشريعة الإسلامية كحفظ الدين والتدين والنفس والحياة والمال والتنمية الاقتصادية والنسب والتناسل والعرض والكرامة والعقل والفكر

Moderasi beragama adalah selalu bergerak untuk menciptakan keseimbangan yang dipijakkan pada prinsip-prinsip, nilai nilai universal (seperti saling mengasihi, saling membantu, persaudaraan kemanusiaan, kemuliaan derajat manusia, berbuat baik, dll) dan juga didasarkan pada maqhasidus syari’ah (seperti menjaga dan melindungi hak dan kebebasan beragama, hak hidup, hak berpikir, hak bereproduksi, hak atas kehormatan dan hak atas ekonomi).

Jadi moderasi, bukan berada di tengah (karena berarti menciptakan ekstrim tengah) dan juga bukan asal bergerak di antara dua kutub ekstrim (karena berarti ia ngawur), melainkan ia bergerak menciptakan keseimbangan dengan basis nilai nilai universal, prinsip prinsip agama dan maqhasidus syari’ah.

Jadi, nilai nilai universal dan maqhasidus syari’ah inilah yang memandu, menuntun, menjadi cahaya untuk terus bergerak mencari titik titik keseimbangan dan keadilan substantif itu. Itulah moderasi beragama.

Demikian goresan tinta ini semoga bias menjadi penguat dan tambahnya literasi serta semangat mengembangkan MODERASI BERAGAMA, Wallu a’lam…. (*)

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News