Realitas hidup manusia menghendaki sesuatu yang oprasional, tidak hanya
berhenti pada ajaran-ajaran kaku.
Agama memang tidak berubah, namun sekali lagi saya tekankan masyarakatnya yang berubah, pemeluknya yang berubah.
Perubahan ini mau tidak mau mempengaruhi pula cara dan sikap keberagamaan mereka.
Apalagi di era informasi serba terbuka, tidak sedikit dari mereka berguru pada google, youtube, facebook, twitter, dan sebaginya—seringkali memuat informasi atau penyampaian tidak
berimbang.
Dari hal tersebut, akan terjadi penguapan yang tidak bisa di kontrol apalagi di batasi, setiap orang boleh menyampaikan sesuatu, dan di lakukan secara bebas, dengan cara; emosi, tanpa data, ujaran kebencian, dan ngawur.
Tidak bisa di pungkiri, hal tersebut merupakan masalah untuk mendapatkan pemahaman yang utuh.
Menanggapi persoalan tersebut, kita harus berpikir di alektis, umat Islam berkembang variatif, jargon-jargon dan simbol-simbol keIslaman tidak hanya
di miliki oleh satu golongan.