Bioskop Pertama Lubuk Raja Kini Sisakan Cerita
Gedung bioskop sangat eksis di era 90an. Di Kota Baturaja tercatat ada tiga gedung yang menyajikan film layar lebar.
Di antaranya bioskop sadar (Jembatan ogan I), bioskop Sanjaya (Pasar Pucuk), dan bioskop Raya (kini Bank Sumsel Babel Pasar Baru). Ternyata di Batumarta juga ada gedung tersebut.
_________________
Untung – Lubuk Raja
________________
Gedung tontonan itu cukup besar. Ukurannya 15 x 20 M. Catnya berwarna putih, mulai luntur tertutup jamur berwarna hitam. Terkesan sangat kusam dan angker.
Belum lagi, gedung yang terbengkalai itu sudah ditumbuhi semak belukar. Bukan saja di halaman gedung, tapi di beberapa bagian gedung, tanaman liar nan subur menjalar.
Gedung sepanjang 15 meter itu masih berdiri kokoh di tepi jalan poros Kecamatan Lubuk Raja.
Pintu masuknya setiap hari menyaksikan lalu lalang kendaraan warga yang beraktifitas.
Dulunya, gedung yang berlokasi di Dusun Sidomulyo Desa Martajaya ini, menjadi tempat masyarakat sekitar untuk menonton film layar lebar.
Karena di masa itu, tidak banyak sarana pilihan untuk menonton film. Selain bioskop, ada juga layar tancap.
Namun, gelaran itu bersifat momentum. Hanya satu malam saja.
Gedung yang pernah menghibur masyarakat Batumarta ini, sama sekali tidak di fungsikan masyarakat modern.
Bangunan di biarkan begitu saja, tanpa ada usulan mau diapakan.
Pun dari pemiliknya. Yang konon sudah di jual dari pemilik pertamanya ke pemilik kedua.
“Gedung bioskop itu dulu punya Anin, orang Martapura. Lalu di jual ke pak Talip yang punya Safari Motor, ” ujar Suardi, warga sekitar.
Siang itu, pukul 12.00 wib. Bengkel pande besi lagi sepi order pelanggan. Saat di temui okusatu.id, Suardi tengah istirahat siang di bengkelnya, sembari menunggu calon pelanggan nyasar.
Jarak bengkel pande besi miliknya, dengan gedung bioskop, hanya di pisahkan satu rumah warga.
Itu hanya tempat usahanya, rumahnya ada di belakang bengkel. Jaraknya juga tidak jauh dari tempat usaha dan gedung bioskop.
Baca juga :
Napak Tilas Jejak Pengasingan Sukarno-Hatta di Pulau Bangka
Dari Pemakaman Angker ke Pusat Bisnis Megah: Transformasi Mengejutkan Pasar Baru Baturaja
Gedung Bioskop Dibangun 1991
Gedung bioskop di bangun tahun 1991. Ada peluang bisnis yang di lihat orang Martapura, sehingga membangun gedung film di tempat itu.
“Saya ingat, gedung itu di bangun waktu semen seharga Rp 2.300 sampai Rp 2.600 per sak, ” ungkapnya sembari memelintir rokok kreteknya.
Ingatan orang tua berusia 65 tahun ini berlayar ke masa itu. Ketika kawasan yang kini padat penduduk, masih sangat sepi. Hadirnya gedung bioskop, membuat warga ada hiburan.
“Dulu jadwal putarnya hanya di malam hari. Mulai pukul 20.30 wib. Tapi jika film baru, pemutaran film di jadwalkan dua kali sehari, ” ungkapnya.
Film baru maksudnya, film yang baru di kirim dari Jakarta. Untuk jenis film ini, pemutaran dua kali, karena biasanya pemirsanya banyak.
Namun untuk jenis film lama atau yang sudah tayang, hanya di jadwalkan sekali pemutaran.
Setiap memutar film, pengelola bioskop akan menghidupkan mesin diesel jumbo.
Dari mesin tersebut, menghasilkan energi listrik yang di gunakan untuk memutar mesin proyektor.
“Listrik belum masuk, jadi harus makai mesin diesel. Waktu itu, film pakai kaset pita besar, ” kenangnya.
Warga yang mau nonton film di kenakan tarif Rp 700 per tiket. Harga tiket sama, namun yang membedakan tempat duduknya.
“Yang beli duluan dapat tempat duduk di depan, ” jelasnya.
Saat itu film yang paling di buru masyarakat, adalah film laga. Umumnya, drama yang kerap di dengar di radio, yang kemudian muncul dalam versi audio visualnya.
“Sandiwara radio seperti Saur Sepuh yang kemudian di buat film, masyarakat sangat senang menontonnya, ” ungkapnya.
Seiring waktu, gedung bioskop jarang memutar film. Pemicunya, masyarakat sudah banyak membeli parabola, karena listrik PLN sudah merambah ke kawasan transmigran.
Sehingga, film dari kota besar bisa mereka saksikan dari rumah. Meski, ketika itu, sebagian televisi masih didominasi hitam putih.
“Lupa tahunnya bioskop tutup. Tapi sejak listrik masuk, dan warga mampu beli parabola, bioskop mulai di tinggalkan dan akhirnya tutup, ” tandasnya. (*)











