Scroll untuk baca
baturajaSumsel

Gagal Berangkat Haji Karena Pandemi, JCH Berusia 105 Tahun Oku Timur Berangkat Tahun Ini

×

Gagal Berangkat Haji Karena Pandemi, JCH Berusia 105 Tahun Oku Timur Berangkat Tahun Ini

Sebarkan artikel ini

OKUSATU – Usianya melebihi usia normal manusia pada umumnya. Namun semangatnya beribadah tetap berkobar.

 

Kerto Yitno Jemaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten OKU Timur, merupakan JCH tertua dari Sumatera Selatan. Usianya satu abad bahkan lebih.

 

Lebih tepatnya 105 tahun saat akan berangkat menunaikan rukun Islam kelima pada 2023.

 

Beliau bukan warga pribumi di kabupaten itu. Beliau pendatang. Program transmigran pada 1953 era Presiden RI Soeharto, membawa langkahnya dari Yogyakarta ke tanah Sumatera.

 

Program transmigrasi kala itu, setiap warga mendapat bantuan tanah untuk diolah seluas 2 hektare.

 

Di Kabupaten OKU Timur, Mbah Kerto sapaannya, tinggal bersama anak bungsunya. Istiono. Di Desa Berasan Jaya Kecamatan Buay Madang Timur, OKU Timur.

 

Usianya pun tak muda lagi. Hampir setengah abad. Lebih tepatnya 48 tahun.

 

Istri Mbah Kerto, Tamima sudah lama berpulang pada 1986. Dimakamkan di Kabupaten OKU Timur, persis 33 tahun setelah mereka transmigrasi ke Sumatera Selatan.

 

Sejak transmigrasi ke Sumatera Selatan, Mbah Kerto tak pernah pulang ke tanah kelahirannya.

 

Seharusnya, Mbah Kerto sudah berhaji tiga tahun lalu. Namun karena situasi heboh, sehingga ditunda.

 

“2020 pandemi covid 19, ibadah haji ditunda, ” ujarnya dalam bahasa Jawa.

 

Diusianya yang sangat senja, penglihatannya masih cukup tajam. Namun untuk pendengaran, pria kelahiran 2 Januari 1918 di Yogyakarta mulai agak sulit.

 

Sehingga untuk berkomunikasi harus jarak dekat. Pun harus faham bahasa Jawa. Karena beliau lebih faseh menggunakan bahasa Jawa dibanding bahasa Indonesia.

 

Mbah Kerto sangat sedih, ketika penantiannya berangkat haji , tiba-tiba dibatalkan. Apalagi untuk kategori Lanjut Usia (Lansia) ketika itu dilarang berhaji. Karena alasan kesehatan. Covid rentan bagi lansia.

 

“Sedih karena tertunda. Tapi Mbah tetap semangat. Karena yakin pasti berangkat, ” ungkapnya.

 

Ayah beranak lima ini berniat haji sudah lama. Namun niatnya mulai terealisasi pada 2014. Pendaftaran sebesar Rp 25 juta Ia tunaikan. Uang itu hasil bertani mengolah 5 hektare sawah.

 

“Untuk biaya pelunasan juga sudah siapkan, ” tambahnya.

 

Mbak Kerto memiliki lima anak. Yang paling tua perempuan. Namanya Ngadiem. Usianya 70. Kemudian Ponijo usianya 60 tahun. Lalu Sati usianya 58 tahun, Subarjo 52 tahun dan bungsu Istiono 48 yang sekarang tinggal bersama Mbah Kerto.

 

Tanah garapan Mbah Kerto sudah dibagi kelima anaknya. Dirinya punya keinginan, agar semua anaknya berhaji.

 

“Alhamdulillah sudah dua yang berangkat haji. Yang sulung dan nomor tiga. Dan yang tiga lainnya sudah mendaftar termasuk mantu, ” katanya.

 

Di usianya yang sangat lanjut, Mbah Kerto mendapat anugrah besar dari Yang Maha Kuasa. Dirinya mendapat berkah bisa berangkat ke tanah suci Mekkah.

 

Menurut dia, tidak semua orang bisa datang ke rumah Allah SWT.

 

“Saya sudah tidak sabar ingin menginjakkan kaki di tanah suci Mekkah, ” ungkapnya dengan nada bahagia.

 

Namun sebelum berangkat, dirinya berharap bisa bertemu dengan Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru. Beliau kenal dekat dengan ayah mantan Bupati OKU Timur ini.

 

“Mudah-mudahan bisa bertemu Gubernur Sumsel, ” harapnya.

 

Ngadiem, anak sulung Mbah Kerto sangat bersyukur, keinginan ayahnya terkabul. Dia juga mengaminkan doa ayahnya, agar semua anaknya berhaji.

 

“Mudah-mudahan cita-cita ayah supaya anaknya berhaji semua terkabul, ” tandasnya. *

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News