Maulid Nabi, Mengenalkan Nabi ke Setiap Generasi
Ust. Yasin
Maulid Nabi berasal dari kata “maulid” yang berarti kelahiran, sehingga Maulid Nabi berarti hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw.
Dalam tradisi Islam, Maulid Nabi biasanya dirayakan pada 12 Rabiul Awwal, meskipun ada sebagian kalangan yang merayakannya di tanggal yang berbeda karena perbedaan pendapat mengenai tanggal pastinya.
Maulid Nabi Muhammad saw menjadi momen penting untuk mengenang dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad, yang membawa risalah Islam dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.
Peristiwa kelahiran beliau dianggap sebagai rahmat besar yang Allah SWT berikan untuk seluruh alam.
Para pecinta nabi sudah memperingati momen agung ini setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan.
Bahkan ada yang melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal dan lebih dari itu ada pula yang menjadikan peringatan kelahiran Nabi sebagai acara di seluruh bulan.
Ini merupakan kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia.
Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai macam acara seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba baca Al-Qur’an, lomba adzan, lomba shalawat, dan sebagainya.
Sedikit berbeda dengan acara maulid di Desa Guna Makmur, Senin (16/09/2024), Kecamatan Semidang Aji. Masjid ini mengadakan maulid nabi bersamaan dengan pelantikan pengurus masjid dan Marbot masjid Al-hidayah.
Hadir disana Kepala KUA semidang Aji Drs. Arman Ashri,M.Si. sebagai pejabat Kemenag yang melantik kepengurusan dan sekaligus memberikan arahan dan binaan.
Sementara materi maulid Nabi disampaikan Ust. Ahmad Yasin,S.H..I.,MM.Pd. yang juga penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Semidang Aji.
Hadir juga di acara tersebut Kepala Desa Guna Makmur Emra Doni, Gus Rur Ketua pagar Nusa NU OKU, Rois Syuriah MWC NU Semidang Aji Kiyai Fatkhurohma yang akrab Dipanggil yai turiman, Ketua DMI Kecamatan Semidang Aji dan lima ratusan ibuk-ibuk dan anak jamaah masjid setempat.
Kepala KUA Semidang Aji Drs. Arman Ashri,M.Si menyampaikan agar SK ini tidak berhenti sebagai symbol organisasi kemasjidan, namun lebih pada implementasi program-program keumatan yang mampu meningkatkan Ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah.
Sementara Emra Doni berpesan agar kegiatan PHBI islam di desa semakin dikembangkan dan dimeriahkan.
Ust YASIN dalam tausiyahnya menyampaikan kemajemukan budaya bangsa Indonesia juga menghadirkan berbagai peringatan Maulid Nabi yang unik hasil perpaduan adat istiadat warga setempat.
Masyarakat Ogan Komering Ulu memiliki tradisi Muludhen. Masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado. Warga Kudus mempunyai tradisi Kirab Ampyang. Dan, sebagian masyarakat lain menggunakan tradisi Grebeg Maulud, ” jelasnya.
Mengutip dari materi Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab, Ust. Yasin mengungkapkan bahwa, Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.
Menurutnya, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan dan meneladani Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya.
Sementara kutipan dari Kiai Said, Ust. Yasin menjelaskan bahwa, Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW.
Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah.
Ini terbukti saat salah satu sahabat yang bernama Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma memuji-muji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang.
Di hadapan Nabi Muhammad Ka’ab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang hebat dan orang mulia. Mendengar pujian itu nabi tidak melarang, bahkan membenarkan.
Malah Rasulullah memberi hadiah selimut bergaris-garis yang sedang Nabi pakai, yang dalam bahasa Arab dinamakan Burdah. Sampai saat ini, burdah Nabi Muhammad pun masih ada dan diabadikan di Museum Toqafi Istanbul Turki.
Itulah mengapa setiap ada qasidah atau syair yang isinya memuji Nabi Muhammad disebut qasidtul burdah.
Ust. Yasin melnjutkan, Peringatan Maulid Nabi memiliki beberapa tujuan dan makna penting bagi umat Islam, antara lain:
Pertama, Meneladani Akhlak Nabi:
Maulid Nabi adalah momentum bagi umat Islam untuk mengingat dan meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad saw, yang dikenal sebagai “uswatun hasanah” (teladan yang baik).
Beliau adalah contoh sempurna dalam aspek moral, sosial, dan spiritual.
Kedua, Mendekatkan Diri kepada Allah:
Melalui peringatan maulid, umat Islam memperbanyak ibadah, seperti membaca shalawat, dzikir, dan doa, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt dan mengingatkan diri akan betapa berharganya ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Ketiga, Mempererat Persaudaraan Sesama Muslim:
Perayaan Maulid sering kali dilakukan dalam bentuk kegiatan sosial, seperti pengajian, pemberian makanan, dan sedekah, yang membantu mempererat hubungan persaudaraan dan kebersamaan dalam komunitas muslim.
Keempat, Mengenang Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad.
Masyarakat muslim dalam menyambut hari kelahiran nabi pada umumnya dengan pembacaan kitab maulid. Kitab maulid tersebut jumlahnya sangat banyak namun pada intinya kitab maulid tersebut menceritakan kehidupan Nabi Muhammad saw.
Oleh karena itu dengan dibacakannya kitab maulid, mengingatkan kita sebagai muslim tentang Sejarah kehidupan nabi.
Berikut ini beberapa dalil syar’i peringatan Maulid dari Al-Qur’an dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah dalam QS Yunus · Ayat 58
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
qul bifadllillâhi wa biraḫmatihî fa bidzâlika falyafraḫû, huwa khairum mimmâ yajma‘ûn
“Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira.” (QS.Yunus: 58).
Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW ialah dianjurkan berdasarkan firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 58 ini. [Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, Ikhraj wa Ta’liq Fi Mukhtashar Sirah An-Nabawiyah, hal 6-7]. Semoga Bermanfaat. (*)