Pendidikan agama Islam seringkali menyajikan norma-norma tanpa ilustrasi konteks budaya.
Sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Selain itu pula para pendidik, khususnya dalam pendidikan agama Islam kurang berupaya dalam menggali berbagai metode pengajaran yang menarik, inovatif dan efektif, sehingga pembelajaran menjadi cenderung monoton dan membosankan (Luthfi, 2012).
Bukan rahasia lagi, kalau benih-benih paham radikalisme memang menjamur dan tumbuh subur di perguruan tinggi.
Berbagai survey tentang intoleransi dan radikalisme di Indonesia menyimpulkan, bahwa terdapat peningkatan prosentase.
Ironisnya sikap intoleran dan radikalisme ini justru di temukan di lembaga-lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi yang merupakan tempat formal belajar nilai-nilai toleransi.