Faqih bukan hanya yang mampu menghafal pendapat-pendapat Fiqih , menghafal fatwa-fatwa ulama, melainkan ia yang tidak cinta dunia dan mampu memahami kemaslahatan manusia. Masyarakat Awam sangat tergantung pada Ulama’nya.
وَيُقَالُ: إِذَا اشْتَغَلَ الْعُلَمَاءُ بِجَمْعِ الْحَلَالِ صَارَ الْعَوَامُّ أَكَلَةَ الشُّبْهَةِ، وَإِذَا صَارَ الْعُلَمَاءُ أَكَلَةَ الشُّبْهَةِ، صَارَ الْعَوَامُّ أَكَلَةَ الْحَرَامِ، وَإِذَا صَارَ الْعُلَمَاءُ أَكَلَةَ الْحَرَامِ صَارَ الْعَوَامُّ كُفَّارًا.
Jika ulama sibuk mencari makanan halal, maka masyarakat awam akan sibuk dengan makanan yang subhat.
Jika ulama sudah kerab makan makanan yang syubhat maka orang orang Awam akan makan makan yang haram. Jika ulama telah terjerumus pada makan-makan yang haram, maka orang orang awamnya akan menjadi orang-orang kafir.
Karnanya dalam peluncuran Fikih Peradaban jilid 2 yang bertempat di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo- salah satu pesantren yang memiliki sejarah panjang sebagai tempat keramat merawat kebhenikaan dan kebangsaan- Ketua PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, kembali menegaskan peran Islam dan peran Ulama dalam membangun perdamaian dan peradaban dunia.