Kalau kita justru rapuh. Ini yang membuat kita kehilangan kultur melayani, ngrawat karena tanpa berbuat apapun kita sudah bisa membuat klaim dan sudah ditawar.
Ini bukan hanya terjadi 10-12 tahun belakangan, tetapi sejak awal sejak NU kena virus politik praktis. Jadi di sebagian fikiran pengurus NU ini sebagai karir untuk politik bukan media untuk berdakwah gitu Pak?
Jadi paradigma atau perspektif politiknya masih ada, kalau ini kan yang dilihat hamparam umat, biting, lha kita selalu disebut orang terbesar, ini kultural, belum organisatoris, kita seringkali terjebak, nggak dapat apa-apa.
Misalnya memperebutkan posisi kepala desa kemarin mengaku terbesar, ternyata tidak dapat apa-apa. Ya karena lemahnya organisasi.
Organisasi kan seharusnya mempersatukan. Kita masing-masing kelompok ada tokohnya, lha tokoh itu tidak mau dipersatukan dengan tokoh yang lain.