Khutbah JumatOgan Komering UluSumsel

Hamba yang Sulit Taat Kepada Allah

×

Hamba yang Sulit Taat Kepada Allah

Sebarkan artikel ini
INTI BUDAYA LITERASI
Persembahan Ust. Ahmad Yasin,S.H.I.,M.Pd. DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNBARA, PENGURUS NU DAN PENYULUH AGAMA ISLAM OKU

Hamba yang Sulit Taat  Allah

Persembahan Ust. Ahmad Yasin

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِاَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat kepada kita yang tiada terhingga setiap harinya.

Sadarlah wahai saudaraku, bahwa setiap hari Allah Subhanahu wa Ta’ala mencurahkan kepada engkau rahmat dan nikmat yang tiada tara andai engkau mahir melihatnya.

Tanpa nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut kita bukanlah siapa-siapa, tidak mempunyai apa-apa, dan tidak akan mampu apa-apa.

Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan nikmat yang tak terhingga itu setiap harinya.

Tanpa rahmat dan nikmat itu, bisa apa kita? Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun menikmati jantung, paru-paru, ginjal, darah, tulang, dan lain-lain.

Sudah puluhan tahun kita menggunakan mata, lisan, kaki, dan tangan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sadarilah ini sesadar-sadarnya. Karena seorang hamba yang lupa atau dilupakan oleh iblis dan bala tentaranya akan nikmat-nikmat besar dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap hari, hamba ini akan sulit taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan ketika dia sulit taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti yang dia lakukan adalah maksiat kepada-Nya.
Kalau itu yang terjadi, dirinya berada di ambang kebinasaan tiada tara.

Dirinya berada di jurang kehancuran yang tiada terhingga. Murka Allah Subhanahu wa Ta’ala menanti.  Boleh jadi bukan hanya sekedar murka, namun juga murka yang disertai laknat dari-Nya.

Kalau murka Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menanti dirinya, akan ada adzab tiada tara yang siap untuk membakar dirinya di neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada surga,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي‏.‏ وَقَالَ لِلنَّارِ إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابٌ أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي‏.‏

“Engkau adalah rahmat-Ku yang Aku berikan kepada orang-orang yang Ku-inginkan dari hamba-hamba-Ku.” Dan Allah berkata kepada neraka, “Engkau adalah adzab-Ku yang denganmu Aku mengadzab orang-orang yang Ku-inginkan dari hamba-hamba-Ku.” (HR. Bukhari No. 4850)[1]

Jangan sampai ketidakpatuhan dan kedurhakaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat nama kita tercatat di antara nama-nama penduduk neraka. Na’udzubillah tsumma na’udzubillahi min dzalik.

Sadarlah saudaraku, di antara tugas terberat kita di atas permukaan bumi adalah membentengi diri kita dari murka dan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tugas terberat kita di atas permukaan bumi ini bukanlah mencari nafkah, mengejar jabatan, maupun membangun kekayaan. Itu hal yang ringan. Yang terberat adalah membentengi diri kita dari murka dan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pantaskah kita takut kepada harimau, singa, dan hutan belantara sedangkan kita tidak takut kepada neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala? Wahai saudaraku, sadarlah.

Mana kala kita tidak mau patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, perintah dan larangan-Nya kita langgar, itu berarti kita mencederai diri sendiri.

Oleh karena itu di dalam Al-Qur’an, perbuatan dosa disebut bahwa ‘manusia menzalimi diri sendiri’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, Siapa di antara kita yang tidak mengimani adanya neraka? Kita semua yang berkumpul di masjid ini pasti beriman dengan adanya neraka.

Akan tetapi yang berhasil iblis lakukan adalah menghilangkan rasa takut kita terhadap neraka. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۚ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ

“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.” (QS. Az-Zumar[39]: 16)

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 175)

Rasa takut inilah yang hilang walau kita beriman dengan adanya neraka. Sehingga ketika hilang rasa takut, timbullah keberanian.

Yang takut kepada harimau, tidak akan mendekati harimau. Yang takut terhadap hutan belantara, tidak akan mau berada sendirian di dalamnya.

Padahal harimau, singa, maupun hutan belantara belum ada apa-apanya dibandingkan dengan sedikit kisah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya tentang neraka-Nya.

وَمَا ظَلَمْنَٰهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. An-Nahl[16]: 118)

Memang belum tiba waktunya, di mana kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di mana kita mengakui siapa diri kita yang sebenarnya. Tapi yakinlah waktu tersebut akan tiba.

Setiap dari kita akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah kita lakukan di atas muka bumi.

Ketika itulah kesombongan akan hilang dan sirna. Dan ketika kesombongan hilang dan sirna, yang datang adalah kejujuran. Lalu manusia berkata,

قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ

“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 106)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan di dalam Al-Qur’an tentang penyesalan-penyesalan dari para pelaku maksiat, di akhirat kelak.

Mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakannya kepada kita? Agar kita jadikan sebagai peringatan marabahaya.

Mengapa harus ada peringatan marabahaya? Agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan di dalam Al-Qur’an yang menyesali hidup kita sendiri.

Kita ingin memperbaikinya, namun kesempatan untuk memperbaiki sudah tidak ada. Siapapun yang sampai ke akhirat dan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata lebih berat dan banyak maksiatnya dari pada ibadahnya, dan dia ingin merevisi amalannya, tak ada kesempatan. Hal itu sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan,

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata):

“Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.” (QS. As-Sajdah[32]: 12)

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan tidak ada kesempatan untuk kembali.

Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan ketika masih ada waktu untuk memperbaiki. Kesempatan untuk memperbaiki perilaku, masih ada.

Dan jangan sampai penyesalan datang saat waktu merevisi amalan sudah tertutup. Di dalamnya akan ada penyesalan tiada tara.

Khutbah kedua

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ، ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

 

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News