Penjelasan kurang lebihnya:
Ada rahasia yang sangat halus dibalik kalimat-kalimat Ibnu Athaillah dalam pasal ini.
Ibnu Athaillah bukan hendak mengatakan bahwa amaliah tidak berarti, karena itu adalah tanda kepatuhan kepada- ALLAH.
Namun ada persoalan yang lebih besar dari itu yang harus dimiliki setiap pejalan suluk atau penuntut ilmu.
Ketika Allah membuka “Wajah Pengenalan”, maka yang ALLAH anugrahkan kepada seorang hamba adalah Diri-Nya, Eksistensi-Nya, bukan semata perbuatan-Nya, karunia-Nya, atau surga-Nya.
Maka tidaklah sebanding ketika Allah menyerahkan seluruh Diri-Nya untuk dikenali, sementara seseorang hanya menyerahkan amal perbuatannya, bukan dirinya.
Adalah Nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada putrinya Fatimah r.a. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
Artinya: Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya; dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. – H.R. Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.