Dan siapa yang mensyukurinya, berarti telah secara kuat mengikatnya.”
Ibn Athaillah kembali mengajarkan kita bahwa sebaiknya kita ikat nikmat pemberian Allah itu dengan rasa syukur. Pemberian Allah yang kita ikat dengan rasa syukur, akan semakin kuat nilainya (kendalikan Syahwat), dan terus bertambah.
Sebaliknya, kufur nikmat akan menghapusnya. Komplit sudah amalan kita jika niat sudah mantap di awal, tujuan amal hanya kepada Allah dan syukur mengikat nikmat di akhir. Terlepas kita sebagai makom tajrid maupun posisi sebagai makom Asbab. Semoga bermanfaat… (*)