“Di ruang tunggu penumpang itu tempat kami nonton televisi hitam putih. Gambarnya banyak semut, ” kenangnya.
Di tempat itu pula, warga Desa Pusar ini mencari rezeki. Saman kecil menentang termos berisi es balon. Yang dijual seharga Rp 5.
“Jual es punya orang. Uangnya bisa buat jajan, ” ungkapnya.
Banyak angkutan penumpang antar provinsi yang masuk terminal itu. Yang paling terkenal bus dengan nama Sibualbuali.
“Itu bus angkutan Jakarta – Medan. Busnya kecil ukuran 3/4, tidak seperti sekarang busnya besar-besar, ” imbuhnya.
Kedatangan bus sangat dinantikan pedagang makanan maupun es di masa itu. Pendatang turun dari bus, rezeki datang.
“Kalau bus belum datang, kami biasanya main di kantor layanan terminal sambil nonton TV. Sudah pakai listrik, antenanya tinggi, ” tuturnya.
Kisaran tahun 80an, terminal pindah ke kawasan Pasar Baru Kelurahan Kemalaraja. Dia pun sempat melihat proses pembukaan lahan.