Bangunan lawas yang berusia satu abad lebih, masih berdiri gagah di tengah kepungan rumah penduduk di kawasan pasar lama baturaja atau jalan Kertapati Kelurahan Baturaja Lama.
Bangunan tersebut tidak banyak. Hanya beberapa saja. Karena sudah banyak yang di renovasi. Ada yang di\bangun 1925 bahkan 1912. Namun sudah lama kosong. Penghuninya sudah pergi.
Dinding dan pintu masuk berbaur dengan debu dan sarang laba-laba. Namun, bangunan tersebut sangat familiar saat ini.
BACA JUGA Pempek Pocu Kuliner Legendaris di OKU Kini Jadi Kenangan
Masih di buru para calon pengantin muda. Untuk lokasi foto prewedding. Biar lebih aestetik. Katanya.
Pasar Lama Baturaja primadona Pecinta Fotografi
Tapi memang kawasan itu sudah jadi primadona para pecinta fotografi. Dan ini diakui warga setempat.“Sering orang motret mau nikah di sini, “ ujar Ade, fotografer komersil.
“Kalau di Jakarta itu Kota Tua, “ lanjutnya mengumpamakan jalan Kertapati.Selain karena tempat motret gratis, bangunan-bangunan kayu di sepanjang jalan itu, memiliki nilai lebih dari sudut pandangnya.
BACA JUGA Jembatan Ogan 1 Peninggalan Belanda Lintas Jaman
“Tinggal memadukan busana yang di foto, “ jelasnya.Kawasan pasar lama itu, saat ini masih banyak dijumpai bangunan berkonstruksi kayu. Pintu ruko masih berupa pintu kayu lipat ke samping.
Bangunan yang mengidentikkan, bahwa kawasan itu berupa pasar lokal dulunya. Sebelum pindah ke pasar pucuk atau pasar atas.
“Sudah lama kalau di pakai untuk motret. Dulu hampir tiap hari selalu ada yang makai lokasi ini untuk itu, “ jelasnya.
“Kebanyakan permintaan dari calon pengantin minta di foto di kawasan itu, “ tambahnya. Nama Kertapati dan Pasar Lama sudah lama di kenal. Dua nama itu punya latar belakang masing-masing.
BACA JUGA Pasar Atas Itu Dulunya Terminal Angkutan Umum
Disebut pasar lama, karena dulunya kawasan itu berupa pasar. Mulai dari perempatan tugu batu hingga ke jalan Kertapati.
Sementara Jalan Kertapati muncul, karena warga yang bermukim di kawasan itu rata-rata berasal dari Kertapati, Palembang.
“80 persen warga Kertapati (Palembang) yang tinggal di sini, “ ujar H Husin HM.
Nama tersebut sudah ada, sebelum ia datang bersama orang tuannya di kawasan padat penduduk ini.
“Tahun 1955 saya masuk Baturaja, dan tinggal di sini, namanya sudah Kertapati. Dan jalan di samping SKB itu jalan Palembang, “ kenangnya.
Sejak ia masuk kawasan itu, kawasan pasar lama sudah jadi pemukiman penduduk. “Yang masih tersisa itu dua toko sampai saat ini. Satu toko modern dan satu toko mebel, “ jelasnya.
Sungai Ogan Kian Menyempit
Kawasan yang di tinggali pengusaha pempek Palembang kelahiran 1951 ini, dulu masih sangat jarang rumah. Sungai Ogan yang saat ini sangat lebar, ketika itu masih kecil. Karena tepian sungai Ogan di belakang Langgar Kertapati, kerap di gunakan untuk bermain anak-anak di era 60 an.
“Dulu di bawah masjid Jami sampai ke dekat langgar Kertapati ada jalan. Sebelum ke sungai masih ada lahan lebar 5 meter. Di situ kami sering main kelereng, “ jelas sembari tersenyum mengenang masa itu.
Mereka bermain tidak hanya siang, namun juga hingga malam hari. Ketika bulan purnama bulat sempurna tanpa awan yang menutupi, menjadi bonus anak-anak di masa itu.
“Kalau malam biasanya main singitan. Seru saat itu. Tidak seperti sekarang yang bermain dengan handphone, “ ungkapnya.
Di dekat langgar kertapati itu juga, ia sempat melihat rumah rakit. Namun sudah tidak d itempati lagi oleh penghuninya.“Itu rumah rakit yang saya lihat selain di Palembang. Tapi waktu itu kondisinya hampir rusak,“ jelasnya.
Menurut penuturan orang tua-orang tua dulu, di belakang langgar kertapati terdapat pelabuhan.
Perahu-perahu kerap bersandar untuk memulai aktivitasnya di pasar lama.Cerita orangtua ada pelabuhan. Tapi mungkin di bawah 1930an, “ tuturnya. (Ofa)