Dalam era digital yang semakin terhubung dengan teknologi dan informasi, peran pemuda sebagai agen perubahan semakin vital.
Pemuda memiliki potensi besar dalam mempengaruhi narasi sosial melalui media digital, termasuk dalam mempromosikan toleransi beragama dan budaya.
Namun, polarisasi yang semakin tinggi di masyarakat membuatnya rentan terhadap pengaruh negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme yang disebarkan melalui dunia maya, yang berpotensi memecah-belah keberagaman.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pendekatan untuk mengimplikasikan peran pemuda dalam memperkuat kohesi sosial di era digital dan dunia yang terpolarisasi.
Literasi keagamaan lintas budaya adalah sebuah pendekatan kreatif dalam menciptakan masyarakat yang toleran dan inklusif.
Dengan mendalami pemahaman tentang agama dan budaya lain, pemuda dapat mengembangkan apresiasi yang mendalam terhadap keberagaman dan membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain.