Reward yang fantasis di masa itu, tentu sangat menggiurkan. Apalagi usaha pempek lainnya tak berani memberikan reward yang tak biasa ini.
Persaingan sangat sehat. Soal citarasa. Dan pempek pocu sangat mampu mempertahankan pelanggannya dengan citarasa yang tak biasa.
Bahkan hingga diera sekarang, anak-anak yang tumbuh di era 80an, masih hafal citarasa itu. Bahkan menjadi perbincangan hangat ketika mengenangnya.
Termasuk kenangan usil yang menjadi daya tarik. Yakni, makan tiga mengaku dua. Dan ini menjadi rahasia umum para penikmat pempek tak tahu jika itu jadi dosa.
Namun sayang, seiring waktu pempek pocu tidak diproduksi. Bahkan tidak ada penerus yang melanjutkannya.
Pengusahanya konon pindah ke Jakarta. Ikut anak-anaknya yang sukses di perantauan.
Pocu memproduksi pempek untuk membiayai hidup anak-anaknya yang masih kecil. Namun justru berkembang dan kini jadi kenangan. (13)