Slogan guru digugu dan ditiru ini memiliki makna yang dalam bagi kehidupan seorang guru. Landasan falsafah di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Hal ini mengisayaratkan bahwa dalam berbagai kegiatan kehidupan, masyarakat berharap guru sebagai tauladan.
Selain bisa dipercaya dan dipatuhi, seorang guru haruslah bisa menjadi teladan atau panutan. Dan inilah yang sebenarnya jauh lebih penting dari peran seorang guru dalam pendidikan.
Banyak guru yang berhasil mengajar muridnya hingga menjadi orang pintar, namun hanya sedikit di antara mereka yang bisa mencetak generasi yang berakhlak mulia. Ironisnya lagi, sebagian dari guru di republik ini malah mempertontonkan sikap yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang guru.
Tengok saja data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti dilansir keterangan tertulis Kemdikbud, Selasa (14/6), di mana sepanjang Januari 2011 sampai Juli 2015 terdapat 1.880 kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Hal ini menunjukkan betapa guru sudah sangat jauh dari keteladanan.
Bagaimana mungkin pendidikan kita akan melahirkan generasi yang unggul jika gurunya tidak mampu memberikan keteladanan, baik dalam ucapan, pemikiran, maupun perbuatannya. Bangsa ini tengah dilanda krisis keteladanan, maka guru harus mampu berdiri paling depan untuk memberi keteladanan.
Siapapun dia, jika telah memilih profesi guru sebagai jalan hidupnya, maka ia harus siap mengembalikan profesi mulia tersebut pada khittahnya. Seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang dewasa, luhur, berwibawa, dan mulia akhlaknya.
Selain itu, melalui kemampuan komunikasinya, guru juga harus mampu menciptakan hubungan yang baik dalam setiap interaksinya, baik interaksi dengan warga sekolah maupun warga masyarakat secara umum. Itulah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
seorang guru tidak cukup hanya sekedar transfer of knowledge (memindah ilmu pengetahuan) dari sisi luarnya saja, tetapi juga transfer of value (memindah nilai) dari sisi dalamnya. Perpaduan dalam dan luar inilah yang akan mengokohkan bangunan pengetahuan, moral, dan kepribadian murid dalam menyongsong masa depannya.
Seorang guru tidak boleh hanya berpikir jangka pendek terhadap muridnya, artinya hanya sekedar memberikan pengajaran, tanpa peduli terhadap perubahan sikap, perilaku, dan moralitas anak didiknya, maka dari perlu ditanamkan dalam jiwa seorang guru untuk memperbaiki moralitas anak didiknya secara komprehensif.
Teladan bagi siswa dan masyarakat bukanlah perkara yang mudah. Banyak indikator tingkah laku yang harus ditunjukkan dalam sikap dan perkataan, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Meski tidak mudah, bukan berarti mustahil untuk dilakukan.
Untuk itu, setiap guru harus senantiasa berupaya menjadi teladan bagi setiap siswanya, sehingga keteladanan yang diberikan akan mampu membawa perubahan yang berarti bagi anak didik dan juga bagi sekolah tempat ia mengabdikan ilmu.
Mengacu pada berbagai literatur pendidikan, sosok guru dapat dianggap sebagai guru profesional bila memiliki beberapa kemampuan, yaitu: membuat perencanaan, mampu mengubah pola pikir, berani bersikap kritis, memiliki ide inovatif, dan bersikap kreatif.
*) oleh: Bagus Suparjiyono, S.Pd., M.Si.
Manager PRIMAGAMA Baturaja
Ketua HISPPI Kabupaten OKU