Pasar Tugu Baturaja Tinggal Nama, Sudah Ada di Era Belanda
Lalulintas kendaraan di pertigaan Pasar Tugu Baturaja sedikit lengang. Para pejalan kaki juga jarang terlihat di kawasan Kelurahan Baturaja Lama ini.
Sepertinya warga lebih banyak di rumah atau silaturahmi ke rumah kerabat.
Atau mungkin juga, mereka memadati tempat wisata di Kabupaten OKU. Di hari kedua hari raya Kurban 2023.
Gedung-gedung menjulang tinggi berdiri di pusat Kota Baturaja. Rata-rata gedung berlantai empat.
Di sekelilingnya, berderet memanjang bangunan kecil. Konstruksinya campuran. Ada yang permanen ada juga yang masih kayu.
Di belakangan bangunan yang difungsikan warga untuk mencari rezeki itu, sungai Ogan mengalir ke hilir sungai.
Di atasnya, jembatan Ogan I yang identik dengan lengkungan busurnya.
Kawasan itu masih di seputaran pasar tugu. Pasar yang dulu ramai di bawah tahun 1980 an. Berada di pertigaan Jln Dr Sutomo dan Wedana Umar.
Di kawasan itu pula, terdapat bekas bangunan asrama TNI yang saat ini masih bisa di jumpai.
Baca juga :
Pempek Pocu Legendaris di OKU Kini Jadi Kenangan
Dari Pemakaman Angker ke Pusat Bisnis Megah: Transformasi Mengejutkan Pasar Baru Baturaja
Tugu Saksi Bisu
Pasar Tugu baturaja di tandai dengan tonggak batu yang tingginya sekitar 2 meter itu, masih berdiri gagah menunjuk ke langit.
Konon, tugu itu sudah lama tertanam di situ. Sejak Indonesia belum merdeka. Hanya saja, ada renovasi kecil, dan penambahan pagar di sekelilingnya.
Pada era 70an, pasar tugu merupakan terminal kecil. Keberadaannya membersamai terminal kendaraan di pasar pucuk kala itu.
Kendaraan angkutan desa, menaik turunkan penumpang di pasar sekaligus terminal ini.
“Umumnya kendaraan arah Lubuk Batang dan Peninjauan, ” ujar Romzi, salah satu warga sekitar yang lahir di Kampung Sawo, Kelurahan Kemalaraja.
Kakek berambut putih ini, mencoba mengingat kenangan masa kecilnya di kawasan itu. Sedikit susah, karena usianya yang saat ini, 69 tahun, harus kembali mengenang puluhan tahun silam.
Namun sejak dirinya masih kecil, tugu yang saat ini masih terlihat sudah ada sejak tahun itu.
“Tempat main kami tugu itu. Bedanya dulu belum ada pagar. Masih berupa coran semen saja, ” jelasnya.
Sampai saat ini, yang dirinya tahu tugu itu hanya sebagai tanda pertigaan jalan. Yang berdiri antara Jln Dr Sutomo dengan Jln Wedana Umar. Tidak ada keterangan lain yang di ketahuinya.
“Karena tugu itulah daerah itu di sebut pasar tugu. Ada pasarnya, tapi kecil, ” ungkapnya.
baca juga :
Oknum ASN Prabumulih Tipu Rp 3,5 M
Sumsel Diserang Hujan Sedang, Sabtu 8 Maret
Pasar Tugu Tepian Sungai Ogan
Pasar kecil itu berupa kios kecil. Berderet memanjang dari tugu sampai ke lorong Ogan.
Namun pengunjungnya ramai. Selain warga Kota Baturaja, juga warga yang turun dari angkutan desa.
“Ramai pengunjung pada masa itu, jangan disamakan dengan sekarang. Sangat beda volume pengunjungnya, ” jelasnya.
Firdaus, salah satu ASN di Kabupaten OKU mengenang cerita masa kecilnya, ketika diajak berbincang soal pasar tugu.
Ketika masih kecil, dia tinggal di kawasan Lubuk Rambai (Kelurahan Air Gading).
Hampir setiap pekan, dirinya ke pasar yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
“Jalan kaki dulu ke pasar sama ibu, ” kenangnya.
Biasanya mereka kepasar bersama warga lainnya. Sehingga selama dalam perjalanan ada rekan berbincang.
“Sambil jalan ngobrol, tidak terasa sudah sampai pasar, ” ungkapnya.
Meski pasar kecil, namun pasar itu bukan kalangan. Tapi pindahan sementara pedagang dari pasar atas yang dibangun.
“Sebagian pedagang ada yang jualan di jalur PDAM,” tuturnya.
Selain mengunjungi pasar, remaja dan pemuda pada saat itu, juga kerap bermain di bioskop di tepi sungai.
“Tahunya kami bioskop sadar. Tapi sudah beberapa kali ganti nama. Kalau tidak salah, ” tandasnya. (Ofa)











