Hadits-hadits di atas sebenarnya menunjukkan betapa wangi-wangian adalah sesuatu yang telah mentradisi di zaman Rasulullah saw dan juga para sahabat.
Hanya saja media wangi-wangian itu bergeser bersamaan dengan perkembangan zaman dan teknlogi. Sehingga saat ini kita merasa aneh dengan wangi kemenyan dan dupa.
Padahal keduanya merupakan pengharum ruangan andalan pada masanya.
Di satu sisi persinggungan dengan dunia pasar yang semakin bebas menyebabkan selera ‘wangi’ jadi bergeser. Yang harum dan yang wangi kini seolah hanya terdapat dalam parfum, bay fress dan fress room. Sedangkan bau kemenyan dan dupa malah diidentikkan dengan dunia klenik dan perdukunan.
Terlepas dari tradisi islami yang bentuknya berbagai macam, penggunaan kemenyan oleh kaum Muslimin di ritual tolak bala dan peribadatan tersebut cukup mengundang perhatian.
Apalagi bila dikaitkan dengan pandemi -penggunaannya menimbulkan banyak tanda tanya dari sebagian kaum Muslimin. Apakah membakar kemenyan saat pandemi ada manfaatnya dan boleh dikerjakan, bila ditilik dari sisi ilmiah dan keislaman?