Ini artinya hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan cara menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendakinya oleh pemberinya, juga dengan cara menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.
Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa setiap nikmat yang dianugerahkan Allah itu semua menuntut perenungan untuk apa ia dianugerahkan-Nya.
Lalu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Dengan demikian, orang yang kufur terhadap nikmat Allah bukan saja tidak mengakui berbagai kenikmatan yang Allah berikan tapi cenderung untuk menutupi dan menyembunyikannya. Itulah sebabnya Allah menegaskan
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit di antara hamba-hambaKu yang bersyukur” (QS Saba:13) dan di ayat lain Allah berfirman,
ذَٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ