Bisa jadi amal kebaikan yang telah dilakukan, karena dipamer-pamerkan, justru menjadi amal kosong yang tidak diterima Allah swt.
Karenanya, sebenarnya tidak elok menampakkan amal kebaikan kecuali bagi orang-orang khusus yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, seperti para ulama, wali, dan orang-orang saleh lainnya.
Adapun bagi umumnya orang, maka terkadang ia menampakkan amal kebaikan, sementara maksud hati sebenarnya adalah memamerkannya dan mencari popularitas di mata manusia.
Lalu nafsunya tak henti-henti membisikinya:
أَنْتَ بِحَمْدِ اللهِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَإِنَّمَا تَظْهَرُ هَذِهِ الْعِبَادَةِ لِيَقْتَدِيَ بِكَ النَّاسُ
Artinya, “Kamu Alhamdulillah termasuk orang yang ikhlas. Niscaya kamu menampakkan ibadah ini hanya agar orang-orang mengikutimu.”
Umumnya orang seperti kita ini hendaknya menguji maksud hati sebenarnya, ketika menampakkan amal kebaikan kepada orang lain.