Maka, seumpama ada umat Muhammad mulai baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun bisa menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin sedangkan umurnya sampai 63 tahun, ia berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun dari yang tidak ada lailatul qadarnya.
Betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat lain.
Lailatul qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan.
Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya mau menjaring terus menerus. Dengan begitu, selama Ramadhan berusaha memenuhinya dengan aneka ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar banyak jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Di antaranya telah memberikan contoh melalui hadits yang diriwayatkan istrinya Aisyah radliyallahu anha:
كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya: Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. (HR Bukhari Muslim)