Orang inilah yang berhak berbahagia atas masa depannya.
Bukan berarti kita harus selalu pesimis dan menangis begitu saja. Kepada mereka yang banyak melakukan perbuatan dosa, Ibnu Athaillah menghibur agar tetap berbesar hati menjalaninya. Jangan terjebak dalam keadaan dan hanya bersedih diri saja. Seolah Ibnu Athaillah selalu menyemangati “Move on dan mohonlah ampunan kepada-Nya”.
Dalam sebuah penggalan doa dipanjatkan:
اَللَّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ اَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِنَا وَالرَّجَا عِنْدَنَا
“Ya Allah, sungguh ampunan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kita, dan Kami hanya bisa berharap saja”
Bala’ sebagai Bentuk Perhatian Allah Swt
Diturunkannya azab, bencana dan segala bentuk musibah tidak selalu kepada orang-orang yang berbuat dosa saja, melainkan menyeluruh ke semua orang yang telah dikehendaki-Nya.
Misal corona atau HIV/AIDS lah sebagai contohnya. Tidak semua korbannya adalah para pelaku dosa, sehingga tidak ada alasan harus bersedih ketika diterpanya. Ibnu Athaillah berkata: