لِيُخَفِّفْ أَلَمَ الْبَلَاءِ عَنْكَ عِلْمُكَ بِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُبْلِي لَكَ فَالَّذِيْ وَاجَهَتْكَ مِنْهُ الْأَقْدَارُ هُوَ الَّذِيْ عَوَّدَكَ حُسْنَ الْاِخْتِيَارِ
“Pedihnya ujian bisa diringankan dengan pengetahuanmu bahwa Allah Swt. lah yang menurunkannya. Yang mendatangkan ujian-takdir kepadamu adalah Dia yang juga bisa menganugerahkan pilihan-pilihan terbaik buatmu”.
Narasi semacam ini juga pernah disampaikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Sosok sufi besar bergelar Kanjeng Syaikh (Sulṭān al-awliyā’) ini berpesan agar jangan pernah kita hanya menginginkan nikmat dan menolak bala.
Bagaimanapun, menurutnya, nikmat atau dalam hal ini berbentuk rezeki akan sampai kepada manusia, baik ia mengusahakannya ataupun sebaliknya.
Sementara bala dan musibah adalah kepastian (ḥālah) yang akan menimpa, meski engkau membencinya. Maka, terimalah apa saja yang dikehendaki-Nya.