Datangnya bala dan musibah kepada manusia untuk menghancurkannya, melainkan untuk menguji seberapa besar keimanannya.
Tidaklah seseorang suka diuji dan menikmatinya, kecuali orang yang paham betul siapa gerangan Dzat yang mengujinya. Ibarat anak sekolah, jika ia siap diuji maka ia akan berhasil menjalaninya.
Dan jika sering menjalani ujian, maka ia juga lebih cepat naik ke kelas berikutnya. Kuncinya, jika datang suatu nikmat, maka sibukkanlah dengan dzikir dan bersyukur, lantas, jika diuji dengan musibah maka sibukkan dengan bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah Swt. Selanjutnya, Ibnu Athaillah menegaskan:
مَتَى أَعْطَاكَ أَشْهَدَكَ بِرُّهُ وَمَتَى مَنَعَكَ أَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَهُوَ فِيْ كُلِّ ذَلِكَ مُتَعَرِّفٌ عَلَيْكَ وَمُقْبِلٌ بِوُجُوْدِ لُطْفِهِ عَلَيْكَ
“Ketika Allah memberimu, maka Dia sesungguhnya sedang memperlihatkan belas kasih-Nya kepadamu; dan ketika Dia menolak memberimu, maka Dia sedang menunjukkan kekuasaan-Nya kepadamu; dan di dalam semuanya itu, ia sesungguhnya hendak memperlihatkan diri kepadamu dan ingin menjumpaimu dengan kelembutan-Nya”. Semoga bermanfaat… (*)