Pasar tradisional dengan sarana seadanya lahir dari gotong royong warga. Kebutuhan masyarakat Batumarta dua yang berjumlah 500 Kepala Keluarga (KK) saat itu terpenuhi dengan lahirnya pasar kalangan itu.
“Yang dagang warga di sinilah, yang belanja juga warga sini juga, ” tuturnya.
Pembenahan pasar, sambungnya, terus berlanjut. Sembari aktifitas perdagangan berjalan, warga juga terus meningkatkan fasilitas pasar.
“Tadinya hanya lantai dan atap, seiring waktu dibuat dinding sekat antar lapak, ” ungkapnya.
Pembenahan kawasan pasar terus berlanjut. Prosesnya juga sama yakni secara gotong royong warga. Tiap Minggu, warga utusan blok berdatangan untuk melanjutkan pekerjaan.
“Karena dibuat dengan gotong royong, akhirnya Gotong Royong menjadi nama pasar, sesuai dengan prosesnya, ” tuturnya.
Kawasan pasar tersebut awalnya berada di tugu Karet pertigaan pasar gotong royong. Namun, karena dibangunnya akses untuk memudahkan warga beraktifitas, pasar digeser ke lokasi sekarang.