Namun, menurut Imam al-Syafi’i, yang paling utama (afdlol) adalah hadits Ibnu ‘Abbas karena ada tambahan lafadh al-Mubarakatu (المُبارَكاتُ).
Bolehkah Membuang Bagian Dari pada Tasyahhud?
Dalam hal ini, ada beberapa rincian, bahwa lafadz al-Mubarakatu, al-Shalawatu, al-Thayyibatu, dan al-Zakiyyatu
(المباركات، والصلوات، والطيبات والزاكيات)
hukumnya sunnah, bukan syarat daripada tasyahhud. Seandainya pun membuang semuanya lalu mempersingkatnya menjadi “At-Tahiyyatu Lillahi Assalamu’alaika Ayyuhannabiyyu… dan seterusnya
(التحيات للَّه السلام عليك أيُّها النبيّ … إلى آخره),
maka hukum boleh. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan didalam madzhab Syafi’iyah. Sedangkan lafadh “Assalamu’alaika Ayyuhannabiyyu .. dan seterusnya
(السلام عليك أيُّها النبيُّ … إلى آخره),
wajib dibaca semuanya. Tetapi dalam dalam ini pun masih ada pengecualian yaitu pada lafadh “Wa Rahmatullah wa Barakatuh