Jangan salah faham terhadap pengertian adab di atas ilmu. Orang sering salah paham memahami ungkapan ‘adab di atas ilmu’, sehingga mengabaikan ilmu karena ungkapan ini.
Lalu bagaimana pemahamannya yang tepat?
Hadlratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari mengutip pendapat para ulama, bahwa adab merupakan hasil akhir dari rangkaian tauhid, iman, dan syariat.
Ketiganya tidak dapat dipisahkan dalam melahirkan adab. Sehingga orang yang memiliki adab hampir dapat dipastikan memiliki kemampuan menjalankan syariat( (Alim/Berilmu), keimanan, dan ketauhidan secara benar.
Hadlarutssyekh mengungkapkan:
وَقَالَ بَعْضُهُمْ : التَّوْحِيْدُ يُوْجِبُ الْإِيْمَانَ، فَمَنْ لَا إِيْمَانَ لَهُ فَلَا تَوْحِيْدَ لَهُ. وَالْإِيْمَانُ يُوْجِبُ الشَّرِيْعَةَ، فَمَنْ لَا شَرِيْعَةَ لَهُ فَلَا إِيْمَانَ لَهُ وَلَا تَوْحِيْدَ لَهُ. وَالشَّرِيْعَةُ تُوْجِبُ الْأَدَبَ، فَمَنْ لَا أَدَبَ لَهُ فَلَا شَرِيْعَةَ لَهُ وَلَا إِيْمَانَ لَهُ وَلَا تَوْحِيْدَ لَهُ
Artinya, “Dan sebagian ulama berkata: “Tauhid pasti (melahirkan) iman. Barang siapa yang tidak memiliki iman, maka dia tidak memiliki tauhid. Iman pasti (melahirkan) syariat. Maka barang siapa yang tidak memiliki syariat, maka dia tidak memiliki iman dan tauhid. Syariat pasti (melahirkan) adab. Barang siapa tidak memiliki adab, maka dia tidak memiliki syariat, iman, dan tauhid. (KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim Wal Muta’allim, [Jakarta, Maktabah At-Turmusy Litturats: 2021], halaman 22).