قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيجَهَا لِمُوَكِّلِي فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ بِالْمَهْرِ الْمَذْكُورِ حَالًا
Qabiltu nikâhahâ wa tazwîjahâ li muwakkilî Fulânibni Fulânim bilmahril madzkûri hâlan. Dengan tata cara seperti itu, pernikahan tersebut menjadi sah dan tepat sasaran untuk calon suami tersebut.
Semoga pernikahan yang akan dilangsungkan menjadi pernikahan yang penuh berkah dan keluarga yang dibentuk dapat menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amin. (Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyyatul Bâjûri ‘alâ Ibni Qâsimil Ghâzi, [Semarang, Thoha Putra], juz I, halaman 386).
Demikian jawaban kami, semoga dapat dipahami secara baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca. Wallâhu a’lam. Wallâhul muwaffiq ilâ aqwamith thâriq. Wassalamu ’alaikum wr. wb. (*)