“Pasar cepat tutup, karena pedagang kebanyakan jalan kaki, supaya tidak kesorean sampai rumah, bukanya tidak lama, ” sebutnya.
Pasar Loso mulai melambat eksistensinya di era 80 an. Namun pada era 90 an, pasar tersebut masih beroperasi meski tidak seramai di era 70an.
“Pasar mulai sepi, karena seiring dibukanya pasar kalangan gotong royong, ” katanya.
Kini pasar Pak Loso tinggal nama dan kenangan. Lahan yang dijadikan lapak perdagangan, sudah berubah menjadi jalan poros yang lebarnya 4 meter.
Tidak banyak yang tahu keberadaan pasar ini. Karena sejauh ini, tidak ada jejak yang ditinggalkan. Kebanyakan warga hanya tahu, pasar tersebut pernah ada. (*)