Khazanah Islam

Bacaan Sholawat Nabi Beserta Faedahnya, Hayu Diamalkan

×

Bacaan Sholawat Nabi Beserta Faedahnya, Hayu Diamalkan

Sebarkan artikel ini
Bacaan Sholawat Nabi Beserta Faedahnya, Hayu Diamalkan
Bacaan Sholawat Nabi Beserta Faedahnya, Hayu Diamalkan

Adapun warid adalah lafal atau wirid yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW

Shalawat umumnya identik dengan Nabi Muhammad ﷺ. Meskipun, shalawat juga tak jarang di ucapkan kepada nabi-nabi lain.

Semisal ketika tahiyyat dalam shalat, umat Islam tak hanya bershalawat kepada Nabi Muhammad tapi juga bershalawat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Dengan demikian, shalawat hampir selalu di kaitkan dengan doa kepada nabi-nabi.

Lantas bagaimana pendapat ulama soal membaca shalawat kepada selain para nabi?

Al-Qâdhi ‘Iyâdh mengatakan dalam kitabnya, ash-Shalâtu ‘âla an-Nabi: Ma’ânîhâ Ahkâmuhâ Fadhâiluhâ:

عامّة أهل العلم متّفقون على جواز الصّلاة على غير النبي صلى الله عليه وسلّم

.
“Kebanyakan ulama sepakat membolehkan shalawat kepada selain Nabi ﷺ.”

Sementara itu, terkait hal ini, Ibnu ‘Abbas mengeluarkan dua riwayat; yang pertama menegaskan ketidakbolehan membaca shalawat kepada selain Nabi Muhammad ﷺ, dan riwayat kedua menegaskan tidak selayaknya shalawat itu kecuali untuk para nabi.

Sedangkan Imam Sufyan berpendapat makruh shalawat kecuali pada Nabi. Begitupun dalam kitab al-Mabsûthah, Imam Malik berkata kepada Yahya bin Ishaq bahwa

“makruh bershalawat kepada selain para nabi, dan tidak patut bagi kita untuk melampaui sesuatu yang diperintahkan bagi kami.”

Abdur Razzâq meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, Rasulullah ﷺ bersabda:

صلوا على أنبياء الله ورسله، فإنّ الله بعثهم كما بعثني

.

“Bershalawatlah kalian kepada para nabi Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah mengutus mereka sebagaimana Allah mengutusku.”

Dari beberapa pendapat dan riwayat, kita dapat menyimpulkan bahwa ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.

Ada yang membolehkan bershalawat kepada selain nabi, ada menganggapnya makruh, dan ada pula yang melarangnya.

Perlu kita ketahui juga, bahwa kata shalawat dalam lisan orang Arab bermakna memberi rahmat dan doa, dan makna ini sudah mutlak sebagaimana di sebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Qur`an, di antaranya ayat 43 dalam Surat al-Ahzâb:

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
.

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS al-Ahzâb: 43)

Lantas, pendapat mana yang baiknya kita ambil. Al-Qâdhi Abu al-Fadhl mengatakan:

أنّه لا يصلَّى على غير الأنبياء عند ذكرهم، بل هو شيء يختصّ به الأنبياء توقيرا لهم وتعزيزا، كما يخصّ الله تعالى عند ذكره بالتنزيه والتقديس والتعظيم، ولا يشاركه فيه غيره، كذلك يجب تخصيص النبيّ صلّى الله عليه وسلّم وسائر الأنبياء بالصلاة والتسليم، ولا يشارك فيه سواهم، كما أمر الله به بقوله: (صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا). ويذكر من سواهم من الأئمّة وغيرهم بالغفران والرّضا

.
“Hendaknya tidak membaca shalawat kepada selain para nabi ketika menyebut nama mereka, karena ia khusus untuk para nabi sebagai penghormatan dan pengagungan bagi mereka.

Sebagaimana kekhususan Allah ketika disebut, dengan penyucian dan pengagungan, dan tak ada yang mengikutinya dalam hal tersebut.

Begitupun wajib mengkhususkan Nabi Muhammad ﷺ dan seluruh nabi dengan shalawat dan salam, dan tak ada yang mengikutinya selain para nabi dalam hal itu,

sebagaimana Allah berfirman, ‘Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.’ Juga menyebut selain nabi, para imam (ulama dan orang-orang shalih) dengan (doa) pengampunan dan keridhaan.”

Ringkasnya, Allah memiliki penyebutan tersendiri yaitu subhânahu wa ta’âlâ, Nabi memiliki penyebutan tersendiri ketika nama mereka di sebut yaitu dengan shalawat, dan begitupun selain para nabi.

Seperti ulama, awliya (para wali), dan lainnya memiliki sebutan tersendiri yaitu radliyallâhu ‘anhu (semoga Allah meridhainya), rahimahullâh (semoga Allah merahmatinya), ghafarahullâh (semoga Allah mengampuninya), dan lain-lain.

Sekian penjelasan mengenai perbedaan ulama mengenai shalawat kepada selain nabi.

Semoga kita dapat melanggengkan shalawat kita kepada para nabi dan juga melafalkan doa kepada para wali serta orang-orang shalih agar kita senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah. Amiin…

Disarikan dari (Al-Qâdhi ‘Iyâdh, ash-Shalâtu ‘âla an-Nabi, Ma’ânîhâ Ahkâmuhâ Fadhâiluhâ, al-Mukhtar al-Islami, Kairo, halaman 60-66). (*)

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News