“Ini karena minimnya transportasi penumpang di kecamatan ini, ” ujarnya.
Jumlah angdes di kawasan ini sangat terbatas. Sehingga para generasi penerus bangsa ini terpaksa melakukan aksi nekat, demi mengenyam pendidikan di Kota Baturaja.
“Biasanya angdes yang ngantar, angdes itu juga yang menjemput pulang. Tarifnya Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu per orang, ” katanya.
Rapil warga Desa Seleman menuturkan hal serupa. Pemicu para pelajar ini nekat, karena minimnya transportasi angkutan.
“Kalau mau diberangkatkan satu kali tarikan, jadinya kepenuhan. Tapi kalau dua kali tarikan, jumlah penumpang kurang, yang rugi sopir angkotnya, ” katanya.
Para pelajar tersebut, terpaksa menaiki armada yang penuh penumpang. Karena, tidak ada yang mengantar menggunakan kendaraan pribadi.
“Mereka naik angkot karena tidak ada kendaraan motor dan tidak juga diantar orang tuanya pergi ke sekolah, ” tandasnya.