Dengan secepat kilat Si Pahit Lidah lalu memanjat pohon aren yang ada di tepi danau tersebut.
Dengan tenangnya Si Mata Empat menelungkup di bawah pohon. Lalu buah aren berhasil di potong dan di jatuhkan oleh Si Pahit Lidah.
Tentu saja Si Mata Empat bisa melihat arah jatuhnya buah aren tersebut. Karena mata di kepala mata empat bisa melihat ketika bunga aren jatuh meluncur ke arah Mata Empat.
Dengan mudahnya Si Mata Empat bisa menghindar dari runtuhan buah aren tersebut. Dengan kesal Si Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar. Tapi si Mata Empat dapat menghindar lagi dari jatuhan buah aren tersebut.
Mata Empat dengan sombongnya mempersilahkan Si Lidah Pahit untuk melakukan sekali lagi. Dengan perasaan hampir putus asa, Pahit Lidah memotong buah aren yang lebh besar dari yang ketiga.
Tapi dengan kemampuan yang di milikinya, Mata Empat bisa menghindar untuk ketiga kalinya dari jatuhan buah aren tersebut.
Mata Empat Tewas Gara Gara Air Liur
Dengan perasaan kecewa Pahit Lidah turun dari pohon aren tersebut. Kini giliran Si Pahit Lidah untuk manjat pohon aren. Dengan secepat kilat juga Si Mata Empat memanjat dan si Pahit Lidah sudah menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon itu.