Mata empat pun dengan alat yang telah disiapkannya memotong buah aren tersebut. Gugusan buah aren itu meluncur deras ke bawah.
Si Pahit Lidah tak mengetahui hal itu. Badannya tetap berada persis di bawah luncuran itu. sehingga dia tak menghindar.
Pahit Lidah berteriak kesakitan sejadi-jadinya karena buah aren yang besar dan berat serta bambu runcing dari Bemban Aur Kuning tersebut mengenai tubuhnya. Tubuh Si Pahit Lidah bersimbah darah dan dia tewas seketika secara mengenaskan.
Si Mata Empat senang, dan merasa puas, dia bisa membuktikan pada semua orang, dirinyalah yang lebih sakti dari Si Pahit Lidah.
Namun rasa ingin tahunya muncul, mengapa lawannya itu mendapat julukan Si Pahit Lidah?, Benarkah lidahnya memang pahit?. Lalu karena penasaran, dia cucukkan jarinya ke dalam mulut si pahit lidah yang sudah mati itu.
Setelah itu, di jilatnya jarinya sendiri yang sudah terkena liur Si Pahit Lidah. Ternyata, rasanya pahit sekali dan beracun. Rasanya lebih pahit dari akar empedu.