Artinya memahami teks harus sesuai dengan konteks, memahami konteks harus sesuai dengan teks. Kemudian apa yang menjadi parameter dan tolok ukur dari moderasi beragama sehingga bisa merangkul pemahaman ekstrem kembali ke posisi moderat dengan tidak menyingkirkan, menyalahkan, ataupun mengkafir-kafirkannya?
Jawabannya adalah kemanusiaan yang memang menjadi inti dari beragama itu sendiri.
Jadi, jika ada orang yang memahami ajaran agama dan mengatasnamakan agama namun merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan, apalagi menghilangkannya, maka ini sudah dipastikan berlebih-lebihan.
Sementara Ancaman terhadap kerukunan merupakan penguatan politik identitas dan individualisme pemanfaatan narasi keagamaan dalam politik identitas menjadi sebuah risiko nyata dalam dunia digital.
Kelompok tertentu menggunakan platform online untuk menguatkan identitas keagamaan sebagai alat politik. Dalam situasi seperti ini, individualisme semakin diperkuat, dan nilai-nilai keberagaman dapat terancam.