Mengutip dari materi Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab, Ust. Yasin mengungkapkan bahwa, Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.
Menurutnya, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan dan meneladani Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya.
Sementara kutipan dari Kiai Said, Ust. Yasin menjelaskan bahwa, Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW.
Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah.
Ini terbukti saat salah satu sahabat yang bernama Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma memuji-muji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang.