BeritaKhazanah Islamoku satu

Saran Imam Ghozali dalam Menjaga Lisan

×

Saran Imam Ghozali dalam Menjaga Lisan

Sebarkan artikel ini
INTI BUDAYA LITERASI
Persembahan Ust. Ahmad Yasin,S.H.I.,M.Pd. DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNBARA, PENGURUS NU DAN PENYULUH AGAMA ISLAM OKU

Dua ayat di atas merupakan di antara sekian banyak dalil anjuran untuk menyambung tali silaturahim, terutama dengan sanak keluarga.

Pertemuan indah yang menghubungkan kembali tali kekeluargaan satu sama lain.

Dalam praktiknya, ada kalanya silaturahim malah dikotori dengan hal yang tidak baik, misalnya tidak menjaga lisan dengan melontarkan pertanyaan yang  dapat menyinggung perasaan.

Seperti menanyakan kapan menikah kepada jomblo dan dan kapan punya anak kepada mereka yang sudah menikah.

Pertanyaan-pertanyaan demikian tentu dilarang dalam Islam karena dapat menyakiti perasaan orang lain. Islam sendiri menganjurkan lebih baik diam daripada berucap tapi menyakiti orang lain.

Nabi Muhammad saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berbicara baik atau diam”. (HR. Bukhari Muslim).

Dapatkan berita terupdate OKU SATU di Google News