Lantas bagaimana keberadaan ahli kubur saat diziarahi seseorang? Benarkah mereka bergembira karena diziarahi dan didoakan? Pertanyaan ini sudah dijawab oleh Ibnu Hajar al-Haitami dengan riwayat yang menyatakan:
آنس مَا يكون الْمَيِّت فِي قَبره إِذا زَارَهُ من كَانَ يُحِبهُ فِي دَار الدُّنْيَا
Artinya, “Sesenang-senangnya mayat di alam kubur adalah ketika diziarahi oleh orang yang dicintainya semasa di dunia,” (Lihat Irsyadul ‘Ibad, halaman 32).
Logika sederhananya, jika orang hidup saja merasa senang saat dikunjung orang yang dicintainya, apalagi orang yang sudah meninggal.
Bagaimana tidak, karena orang meninggal sudah berada di negeri yang terasing dari keluarga, saudara, dan kerabatnya. Ketika mereka berziarah, memberi hadiah doa bacaan Al-Quran, atau hadiah sedekah, tentu ahli kubur sangat senang.
Oleh karena itu Rasulullah SAW mensyariatkan ziarah, mendoakan mereka agar mendapat rahmat dan ampunan, namun beliau tak memperkenankan untuk menyampaikan sesuatu kepada ahli kubur selain salam dan lantunan doa, meminta sesuatu secara langsung kepadanya, atau minta didoakan kepadanya sebagaimana pandangan ulama ahli hadits.