Akhlak inilah yang berfungsi menggerakkan fisik manusia menjadi sebuah sikap nyata dan tutur kata.
Jika yang menggerakkan fisik adalah moralitas tercela (akhlak sayyi’ah), tentu tercela pula sikap dan tutur kata yang lahir darinya. Namun, jika fisik ini digerakkan oleh moralitas terpuji (akhlak karimah), maka yang muncul adalah gerak fisik atau aktivitas yang terpuji.
Keterangan di atas dikuatkan lagi oleh statement Ibnu Maskuwaih yang juga dikutip oleh Muhammad Abdullah Darraz. Berikut redaksinya:
الخُلُق حال للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر ولا روية
Artinya: “Akhlak merupakan suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan segala aktivitas secara natural, tanpa memerlukan nalar dan perencanaan.” (Muhammad Abdullah Darraz, Kalimȃt(un) fi Mabȃdi’i Ilmi al-Akhlȃq. Muassasah Hindawi, 2017] hal. 01)
Sebut saja akhlak terhadap guru, dosen, ulama dan pembimbing keilmuan lainya. Jika si murid memiliki potensi dan bekal moralitas terpuji, walau tanpa diminta ia tetap akan membungkuk dan menciumi tangan sang guru.