Meski tidak terpikir dan terencana terlebih dahulu. Karena akhlak akan menjadi semacam ‘remote control’ yang secara otomatis menggerakkan fisik.
Maka, tepat ungkapan syekh Abdul Majid dalam Ar-Raddu al-Jamil ‘ala al-Musyaqqiqin fi al-Islam. Darul Maranah 2003, hal. 166], yang menyatakan; wa dhabitul akhlak huwa al-ladzi yaj’alul insana insanan (Standarisasi disebut moralitas terpuji adalah saat ia menjadi motif seseorang dalam memperlakukan manusia sebagai manusia).
Melalui pintu masuk Surat An-Nahl ayat 90 ini, kita coba menggali kandungan makna kata ‘al-ihsan’ dari sejumlah ulama tafsir. Al-Baidhawi mengartikan ihsan pada Surat An-Nahl ayat 90 sebagai bentuk ketaatan kepada Allah baik secara kuantitas seperti ibadah sunnah maupun coraknya.
Ulama lain memaknainya sebagai perbuatan baik kepada orang lain. Oleh sebagian ulama, ihsan diartikan sebagai kelapangan hati dalam memaafkan orang lain. Ada ulama seperti Jalaluddin As-Suyuthi memaknai ihsan sebagai pelaksanaan kewajiban-kewajiban.